Hasan Tiro dan Abdullah Syafi'i Bukan Jurkam Parlok Aceh

Oleh Muhajir Juli

 "Satu hal yang patut dan harus diingat oleh bangsa ini, bahwa AS dan HT tidaklah berjuang untuk ikut pemilu Indonesia setiap lima tahun sekali. Mereka adalah para pemikir dan pejuang yang ingin memerdekakan Aceh dalam artian yang sesungguhnya. Maka tidak pantas dan sebuah penghinaan, bila foto keduanya digunakan di spanduk partai dan spanduk caleg. Sebab HT dan AS bukanlah jurkam,".
 

Mereka adalah lelaki yang luar biasa. Hasan Tiro  (HT) adalah penggagas ide Aceh Merdeka yang kemudian maujud dalam bentuk ASNLF atau di dalam negeri disebut Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sedangkan Abdullah Syafi’i (AS), adalah pengikut setia HT, yang “syahid” di medan tempur demi tegaknya ideologi Aceh Merdeka yang diimpikannya sejak dia memutuskan untuk bergabung dengan kelompok HT.

kedua lelaki keren itu telah pergi menghadap Tuhan-Nya. Pergi dengan ideologi dan keyakinan yang masih meletup-letup tentang gagasan memerdekakan Aceh dari penjajahan Indonesia.

Seorang teman pernah berkata kepada saya, bahwa baik HT maupun AS merupakan berliannya Aceh yang pernah dilahirkan dari rahim perempuan yang luar biasa. Mengapa? Sebab mereka adalah para pemegang janji, dan pemberi tauladan tentang keistiqamahan bertahan dalam sebuah cita-cita, tanpa perlu mengkhianati dengan berbagai cara.

Terlepas AS yang kematiannya penuh kontroversi, juga HT yang disebut-sebut sejak 90-an sudah kehilangan kendali terhadap GAM yang ada di Aceh, mereka berdua tetaplah legenda bagi Aceh yang semakin sulit untuk mencari tandingannya. Apalagi dalam konteks kesabaran, istiqamah dan kesedarhanaan, juga jujur dan baik hati.

HT selama hidupnya hanya memperlihatkan bahwa garis politiknya itu hanyalah GAM. Demikian juga dengan AS. Mereka adalah pecinta Bendera Bulan Bintang dan lambang Singa Buraq yang sejati. Mereka mencintai semua itu dengan jabatan yang tanpa gaji dan tunjangan. Konon lagi dapat uang konsultasi hukum, uang rapat, serta biaya studi banding ke luar daerah.

Namun, pasca damai Helsinki, kedua lelaki ini sering digunakan foto wajahnya oleh eks-eks GAM yang telah berpolitik praktis dengan membentuk partai politi lokal. Seolah partisan dan parsial, kedua legenda Aceh itu selalu dipampang wajahnya di spanduk-spanduk politik.

Entah apa yang ada dibenak para pelaku pemampang foto itu. Mungkin mereka berpikir bahwa kedua lelaki hebat itu masih seperjuangan dengan mereka di bawah RI. Padahal, menurut beberapa teman eks kombatan yang non partisan, kedua lelaki hebat itu tidak pantas digunakan foto wajahnya untuk kepentingan pemilu.

Mengapa? Sebab sampai menghembuskan nafas terakhir, AS tidak pernah terdaftar sebagai anggota partai lokal (bahkan saat kematiannya, benih partai lokal belumlah ada di Indonesia). AS adalah Panglima AGAM yang berjuang demi tegaknya entitas politik keacehan dalam bentuk sebuah negara.
Sedangkan HT lebih ekstrim lagi. Beliau adalah the real President for Aceh, yang saat ajal menjemputnya, masih berstatus Wali Neugara Aceh Sumatera (penobatan dia sebagai warga RI merupakan proses politik yang dilakukan oleh pengikutnya).

“Tidak adil dan merupakan sebuah penghinaan yang sangat besar kepada Hasan Tiro dan Abdullah Syafi’i, ketika foto keduanya dijadikan gambar politik oleh partai lokal dalam spanduk pemilu mereka,” ujar sang teman tadi.

Lalu saya bertanya: “Seharusnya bagaimana keduanya diperlakukan?,”

Sang teman kemudian menjawab: “Kalaulah tidak bisa menjaga, setidaknya jangan campuradukkan antara perjuangan mereka dengan kepentingan untuk menguasai daerah dibawah payung RI setelah damai di teken di Helsinki,”.

Satu hal yang patut dan harus diingat oleh bangsa ini, bahwa AS dan HT tidaklah berjuang untuk ikut pemilu Indonesia setiap lima tahun sekali. Mereka adalah para pemikir dan pejuang yang ingin memerdekakan Aceh dalam artian yang sesungguhnya. Maka tidak pantas dan sebuah penghinaan, bila foto keduanya digunakan di spanduk partai dan spanduk caleg. Sebab HT dan AS bukanlah jurkam. []

Note: Mencopy tulisan ini adalah perbuatan legal (Sebab saya memberikan izin). Namun dengan catatan anda turut menuliskan nama penulisnya dan juga melampirkan link tulisan ini. Bila ketentuan ini tidak anda penuhi, maka anda adalah plagiator yang menyebalkan.

No comments for "Hasan Tiro dan Abdullah Syafi'i Bukan Jurkam Parlok Aceh"