Saya Tidak Anti Jawa, Cuma Menolak Prabowo



Prabowo
Prabowo, semasa masih aktif di Kopassus. sumber: Indonesia 2014.com
Entah ada hubungan atau tidak dengan tulisan sebelumnya yang berkaitan dengan Prabowo, akhirnya beberapa email kecaman masuk ke inbox surel saya. Yang intinya mengecam tulisan saya dengan dalih saya telah mengembangkan SARA. Bahkan ada yang menuduh saya anti terhadap etnis Jawa, yang dalam sejarah pergolakan Aceh-Jakarta, pernah diusir paksa oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dari tanah Aceh.

Saya paham, yang menuduh saya SARA dan anti etnis Jawa, tentu tidak mengenal saya secara baik. Bahkan bisa jadi tidak kenal sama sekali. Saya juga menduga, para penuduh itu, tidak memahami substansi ide dan pesan yang saya tuliskan dalam dua judul yaitu : Menelisik Tabir Koalisi Mualem-Prabowo. Serta satu lagi : Prabowo, Lelaki Pengingat bahwa Aceh Pernah Dilibas Seperti Anjing.

Mengapa saya menolak Prabowo dan kecewa dengan sikap Mualem (Muzakir Manaf-pen) yang berkoalisi dengan mantan Danjen Kopassus itu? Tentu panjang lebar saya sudah jelaskan, bahwa perkawinan politik itu telah membuka luka lama rakyat Aceh yang pernah diperlakukan secara semena-mena oleh serdadu Komando Pasukan Khusus saat Operasi Jaring Merah alias Daerah Operasi Militer (DOM) pada era 1989-1998. Bahkan saya juga menjelaskan, bahwa Aceh sebenarnya, secara politik tidak seksi bagi Prabowo. Yang membuat dia mau bekerjasama adalah faktor SDA yang melimpah.

Bagi saya, Mualem selaku Wakil Gubernur Aceh tidak sensitif terhadap psikologi rakyat yang masih trauma dengan para jendral dari Jakarta. Bahkan ini bukan kali pertama orang nomor dua itu membuat luka. Sebelumnya, masuknya Soenarko dalam barisan Partai Aceh, telah membuat hati teriris.

Saya akui bahwa politik praktis tidaklah mengenal permusuhan yang abadi. Tak ada pula pertemanan yang kekal. Semua bersandar pada kepentingan.  Saya juga cukup memahami karakter politik “menang-kalah” yang serba mendewakan uang dan kekuasaan. Serta membabat habis lawan (zero sum game) dengan cara apapun.

Namun, sebagai rakyat Aceh, yang masih mencintai Aceh dengan segenap jiwa. Saya pantas dan bekewajiban untuk mengingatkan pemimpin saya, agar berperilaku yang sopan, baik, peka serta tawadhuk. Saya tidak mau pemimpin saya lupa diri, sombong, tidak sensitif dan kasar dan tidak pula melupakan sejarah kelam, hanya karena alasan “pembangunan”. Karena bagi saya, pemimpin adalah orang yang harus menjadi contoh teladan dan menentramkan hati.

Bagi yang menyebut saya rasis, tentu dia tidak pernah merasakan bagaimana perihnya hidup dibawah todongan militer. Atau bahkan dia pura-pura bego dengan kondisi. Saya tentu tidak perlu menceritakan panjang lebar betapa tidak bahagianya hidup dibawah peluru. Sebab itu akan membuka luka lama yang sampai sekarang belum sembuh.

Bila kemudian prabowo adalah orang Jawa. Itu soal lain yang harus dipisahkan. Sebab antinya saya terhadap Prabowo, bukan karena dia orang Jawa. Tapi karena dia alat negara yang pernah menjadi pemimpin serdadu Negara Kolonial Republik Indonesia (NKRI).

Sebagai akhir dari tulisan ini, kepada orang-orang yang mengecam saya sebagai manusia yang anti Jawa, semoga anda tercerahkan dengan tulisan ini. Atau setidaknya anda paham bahwa saya tidak sedang memusuhi Jawa. Musuh saya adalah penjahat, penjilat dan penguasa zalim. (mungkin saja musuh kita sama).

Saya juga tidak memusuhi Gerindra, Partai Aceh, PNA, PDA, Nasdem, Golkar dan PDI-Perjuangan dan partai-partai lainnya.

Jawa dimata saya adalah saudara seiman (bila satu agama) dan saudara setanah jajahan (bila non muslim karena satu payung dibawah negara kolonial ini). Saya harap anda bisa membedakan antara Prabowo dan Jawa. Sama seperti saya bisa bedakan antara Jawa dan Prabowo. Salam hangat dari ujung Sumatera.

Banda Aceh, 16 Maret 2014. Ruang sempit demokrasi.




1 comment for "Saya Tidak Anti Jawa, Cuma Menolak Prabowo"

  1. Lanjutkan aduen... ateuh nan kebenaran, teutap harus diperjuangkan. Memang (hati nurani) semua orang mencintai kebenaran, namun tak semua orang berani dan mampu menyuarakan kebenaran. Doa dari kamoe -karena untuk saat nyoe, baroe doa yang bisa kamoe bantu-...

    ReplyDelete

Post a Comment