Leman Kleng: Membekuk Bang Prosa

Detektif Kontet











Detektif kontet terus mengejar aktivis GAM yang barusan keluar dari ATM. Rupanya si aktivis yang bertubuh agak tambun dan berambut hampir keriting, dengan hidung bulat itu, mengetahui dirinya dalam bahaya.


Maka diapun memilih lari. Pasar Aceh yang dipenuhi oleh jubelan manusia menjadi riuh. Seperti di film-film, aksi kejar dan lari itu penuh dramatik. Berbagai halangan tersedia di depan. Seperti gerobak sampah, lapak penjual buah dan lainnya. Namun karena sama-sama ahli, baik detektif kontet, maupun aktivis GAM itu mampu melaluinya dengan teknik salto, lompat, hindar kesamping kiri-kanan dan lainnya.

Leman Kleng yang lebih menguasai medan daripada Raimah, memilih jalan pintas untuk mencegat aktivis GAM itu. Dalam hitungan menit dia sudah sampai di samping kiri mesjid Baiturahman. Dengan gaya polisi yang cool, dia mengarahkan pistolnya ke aktivis GAM yang muncul kemudian.

“Jangan bergerak. Anda ditangkap......!!!,” kata Leman Kleng.

Aktivis GAM yang berkulit gelap itupun berhenti. Kemudian menyusul datang Detektif kontet.
Namun tiba-tiba aktivis GAM itu menendang pistol Leman. Pistol jatuh. Dan mulailah mereka beradu jurus karate. Dua tiga jurus mereka saling mengelak. Namun, pada jurus selanjutnya, Leman mulai mendapatkan pukulan.

Dia terkapar. Aktivis GAM itu tertawa.

“Hanya segini rupanya kemampuan kau pai. Maju kau,” tantang aktivis GAM itu.

Saat genting itulah Raimah ikut campur. Dengan dua kali pukulan kempo, tersungkurlah pemberontak itu.

Leman berterima kasih pada Raimah.

****

Anggota GAM itu mereka bawa ke kantor polisi terdekat. Setelah diinterogasi, ternyata lelaki itu bernama Prosa. Leman rada bingung dengan nama itu. Namun, karena orang GAM punya nama yang rada-rada aneh, makanya dia hanya tersenyum ketika mendapatkan pengakuan dari Prosa.

“Darimana saja kau dapat uang itu?,” tanya Leman.

Prosa tak menjawab. Dia diam seribu bahasa. Bahkan lecutan dan setruman tak mampu membuka mulut lelaki yang wajahnya amat serius itu.

Leman kehilangan akal. Melihat ada emosi yang memuncak dari bawahannya itu, Raimah mengambil alih interogasi.

Bila Leman bergaya bad cop, detektif kontet berlagak sebagai good cop. Maka dimulailah interogasi secara manusiawi. Entah memang sudah lelah dan menyerah, atau tersentuh dengan pendekatan Raimah, akhirnya Prosa sedikit demi sedikit mulai bicara.

“Yang pasti, selain dari pajak nanggroe, juga ada kiriman dari perwira di mabes tentara republik,” kata Prosa.

Mendengar itu, Raimah menjadi penasaran. Dikoreklah pelan-pelan siapa perira dari mabes yang mengirimkan uang untuk GAM. Baru saja cerita hendak berlanjut, Raimah menerima telpon.

“Lepaskan lelaki itu,” perintah komandan dari markas besar intelijen.

“Tapi komandan.....,”

“Lepaskan sekarang. Ini perintah.,”

Raimah membanting telepon.

“Siapa kau sebenarnya?, Aku harap, suatu saat akan menemukanmu dalam kondisi yang berbeda,”

Kata Raimah sambil menyuruh Leman membukakan ikatan Prosa.

“Aku adalah aku kawan. Kalian adalah robot-robot yang dipekerjakan dalam bisnis besar orang lain, “kata Prosa dengan bahasa agak puitis.

Jai that haba kah....!!,” bentak Leman sambil menendang Prosa.

Oma kah gam, ka trom ke, ka ingat beuh. Kutimbak bak talak keuh singoh...!!, kata Prosa  setelah bangun dari jatuh.

“Kita lihat saja nanti. Siapa yang duluan pulang,” timpal Leman sambil beranjak pergi.

Sebelum keluar dari kantor polisi. Prosa menatap sejenak kepada Raimah. Kemudian dia berkata.

“Wahai gadis manis yang selalu cemberut. Jikalau semua ini telah selesai, dan kita tidak mati besok pagi, aku akan kembali padamu,”

“Untuk apa?,” tanya Raimah dengan gaya bersahabat.

“Untuk meminangmu menjadi istriku. Agar kau terbebas dari pekerjaanmu yang selalu ceritaya ditulis oleh para perwira,” Jawab Prosa dengan gaya genit.

“Hahahahaha, mantap. Jangan lupa bawa penghulu sekalian,” timpal Raimah.

Kepada Leman, kemudian Prosa berkata.

“Anak muda. Aku tahu kau anak Jangka. Aku juga dari sana. Makanya wajahmu akan kuingat. Berhati-hatilah,”

Leman hanya tersenyum. Kemudian dia merapikan baju Prosa yang sudah tidak menentu.

“Sudahlah pak tua. Semoga kita bertemu di lain waktu,”

Kemudian, sebelum pergi Prosa sempat berpuisi di depan Raimah.

Sepi
Sunyi
Sendiri

Akankah
Ia

Karena
Pada akhir

Aku
Akan berujung
Sunyi sepi Sendiri dan Mati

Mati rasa
Mati jiwa
Mati Cinta

Fana
Sirna


Dan Matilah segala galanya.

Kemudian dia bergerak keluar kantor. Disana sebuah mobil telah menunggu. Dalam sekejab Prosa menghilang dari pandangan.

“Kita harus membongkar keterlibatan perwira di mabes tentara. Untuk itu, kita punya pekerjaan tambahan, yaitu menculik Prosa sesegera mungkin,” kata Raimah kepada Leman.

Leman mengangguk sambil berkata “nanti, sebelum aku menembaknya, apakah ibu masih punya keinginan mendengar puisi darinya?,”

Raimah tertawa kecil.Kemudian dia meninju bahu partnernya itu.

"Jangan panggil aku ibu. Panggil Raimah atau Dek Mah saja. Kamu lebih tua dari aku," kata Raimah.


Kelihatannya mereka mulai akrab. []


Note: Puisi tersebut aadalah milik sah Bang Prosa, sahabat saya yang mantan GAM.

Jai that haba kah: Banyak omong kau...

Oma kah gam, ka trom ke, ka ingat beuh. Kutimbak bak talak keuh singoh..: Dasar lelaki sialan, kauh ingat ya, besok ku tembak kau tepat didahi

No comments for "Leman Kleng: Membekuk Bang Prosa"