Sebelum Makan Ayam Juga Diharamkan di Aceh














Aku jadi bingung dengan kualitas penguasa di Aceh hari ini. Skill public speaking tidak ada sama sekali. Akibatnya keluar pernyataan-pernyaan yang tidak perlu dan bahkan kontroversi.

Saat kampanye pileg yang lalu, Bupati Aceh Utara, Muhammad Thaib, mengharamkan beras raskin bagi yang tidak pilih Partai Aceh.

Kemudian, Wakil Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf alias Mualem mengharamkan pilih Jokowi dan PDI-P. Berikut ini saya kutip utuh berita yang dilansir oleh JPNN:

Muzakir Manaf: Kita Dukung Prabowo, Haram Dukung PDI

LHOKSEUMAWE - Partai Aceh (PA) menyatakan sikap mendukung Prabowo Subianto sebagai capres dalam pilpres  9 Juli mendatang.

Mengapa tidak mendukung capres dari PDIP Joko Widodo? Ketua Partai Aceh, Muzakir Manaf menyebutkan PA haram mendukung PDIP.

“Kita dukung Prabowo. Haram dukung PDI, ya. Karena kita Aceh,” ucap mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka itu kepada wartawan di Krueng Geukeuh, Aceh Utara, Sabtu siang (19/4), di sela-sela kunjungan memenuhi undangan Bupati Aceh Utara, H Muhammad Thaib, yang sedang  melaksanakan kenduri pesta perkawinan anaknya.

Lebih tegas lagi, Muzakir Manaf mengingatkan agar seluruh rakyat Aceh tidak ragu-ragu mendukung Prabowo.

Lebih lanjut pria yang juga menjabat Wakil Gubernur Aceh itu menjelaskan dukungan penuh PA kepada Ketua Umum Gerinda maju sebagai Calon Presiden RI,  tidak terlepas dari komitmen  Prabowo yang sebelumnya menyatakan  akan membuat proyek  terbesar di Asia Tenggara,  yang berada di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

“Dia (Prabowo, red) sudah membuat komitmen akan membangun pabrik terbesar  di Meulaboh. Ban mobil . Dan beberapa kilang padi,” ujar Muzakir Manaf. (ung/sam/jpnn) (Sumber link: http://m.jpnn.com/news.php?id=229471)

Pengharaman yang disampaikan oleh Muzakir manaf tergolong serius. Sebab penulisan beritanya tidak membubuhi tanda petik. Artinya, dia serius dengan apa yang dia sampaikan.

Lalu, kalau sudah seperti ini, Aceh kedepan akan berwujud seperti apa? Entahlah. Namun yang pasti, politik tanpa etika semakin nyata saja didepan mata. Padahal, sebagai seorang wakil gubernur, dia tidak seharusnya mengeluarkan kata-kata yang tidak beretika sama sekali.

Mengapa, sebab segala etika jabatan melekat utuh pada dirinya. Segala pernyataannya itu mewakili Aceh secara keseluruhan.

Sebagai orang Aceh yang masih peduli pada perbaikan kualitas etika, saya punya tanggung jawab untuk mengkritisi ini. Sebab dia adalah “pemimpin” bagi saya. Saya tidak mau pemimpin saya salah langkah dan berbicara seenak mulutnya, tanpa mempertimbangkan hakikat kebenaran dan etika.

Saya tahu, dengan menulis ini, maka akan ada yang tidak suka kepada saya. Namun inilah resikonya menegur publik figur- apalagi yang dipuja-puja leh banyak orang-. Apapun kondisinya, kebenaran tetaplah sebuah kebenaran. Walau langit hendak runtuh, yang benar tetap harus disampaikan, yang salah harus ditegur dan ditolak.

Akhirnya, sebelum ayam juga diharamkan untuk dimakan –bila ayam tidak berpihak pada penguasa-, maka melawan kesewenang-wenangan adalah kewajiban. []

Banda Aceh, 19 April 2014. Ruang Sempit Demokrasi

No comments for "Sebelum Makan Ayam Juga Diharamkan di Aceh"