Abdullah Menolak Prabowo

Prabowo berpose dengan Malik Mahmud, Mukhlis Abe, Muzakir Manaf dan TA. Khalid





A
da catatan khusus didalam benak orang Aceh terhadap Prabowo-aku menyebutnya Mas Prab-. Lelaki  kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951, anak dari begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo itu adalah tokoh militer Indonesia yang tangannya ikut berdarah saat pemberlakukan Operasi Jaring Merah atau yang lebih kita kenal dengan nama Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh.


Catatan kelam mas Prab, sebenarnya bukan hanya di Aceh. Di Jakarta, dia termasuk anggota serdadu yang pernah melakukan upaya kudeta-walau upaya itu gagal-. Kemudian di Timor Leste (Dulu Timor Timur). Pada tahun 1995, ia dituduh menggerakkan pasukan ilegal yang melancarkan aksi teror ke warga sipil di Timor Timur. Peristiwa ini membuat Prabowo nyaris baku hantam dengan Komandan Korem Timor Timur saat itu, Kolonel Inf Kiki Syahnakri, di kantor Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Adang Ruchiatna.

Sejumlah lembaga internasional menuntut agar kasus ini dituntaskan dan agar Prabowo dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.  Menurut pakar Adnan Buyung Nasution, kasus ini belum selesai secara hukum karena belum pernah diadakan pemeriksaan menurut hukum pidana.

Prabowo juga diduga terlibat dalam peristiwa pembantaian Kraras yang terjadi pada tahun 1983 di Timor Timur. Prabowo sendiri membantah dan menyebutnya sebagai tuduhan tak berdasar. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Prabowo_Subianto)

Dia juga adalah aktor dibalik penculikan terhadap aktivis. Prabowo diduga kuat mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-Reformasi. Setidaknya 14 orang, termasuk seniman 'Teater Rakyat' Widji Thukul, aktivis Herman Hendrawan, dan Petrus Bima masih hilang dan belum ditemukan hingga sekarang.

Mereka diyakini sudah meninggal. Prabowo sendiri mengakui memerintahkan Tim Mawar untuk mengeksekusi operasi tersebut karena menurutnya hal tersebut merupakan hal yang benar menurut rezim saat itu. Saat mengumumkan pembebastugasan Prabowo, Jenderal TNI Wiranto menyatakan bahwa Prabowo dapat diadili karena adanya bukti keterlibatan Prabowo dalam kasus penculikan aktivis ini.

Namun demikian, Prabowo masih belum diadili atas kasus tersebut hingga sekarang walau anggota Tim Mawar sudah dijebloskan ke penjara. Sementara itu, Prabowo dan koleganya, Sjafrie Syamsuddin, tidak pernah memenuhi Panggilan Komnas HAM yang berusaha untuk mengusut kasus tersebut. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Prabowo_Subianto)

Catatan –catatan kelam mas Prab, kemudian coba disulap oleh para pendukungnya, agar terlihat berbeda dengan kenyataan. Berbagai dalih digunakan oleh mereka yang saya sebut Prabowolover untuk membenarkan perilaku mas Prab di masa lampau.

Pembelaan politik, hukum, sampai menggunakan dalil agama, kerap dikeluarkan oleh Prabowolover. Namun, seperti lazimnya orang jahat yang coba dicitrakan baik, pencitraan yang semakin gencar itu, sering tidak mempan masuk ke hati mereka yang cerdas dan tahu sejarah.

Dalam konteks ini, Abdullah bin Sulaiman, seorang lelaki berusia 50 tahun, kenalan saya di Bireuen berujar bahwa dia sangat memaklumi bila pengurus Gerindra, Mualem (Muzakir Manaf-red) dan pendukung PA berjuang mati-matian membela mas Prab. Sebab mereka, menurut Abdullah, adalah Prabowolover. Namun yang menjadi aneh, bila selain mereka itu, ikut percaya dengan kampanye murahan, yang mengatakan bahwa Mas Prab adalah orang baik.

“Kami yang hidup di era DOM, sangat tahu bahwa kaki tangan Prabowo dan Soeharto, begitu nyata bekerja secara zalim di Aceh. Mulai soalan politik, sampai perihal pribadi, bila bertentangan dengan mereka, maka bersiaplah untuk segera bertemu Tuhan,” ujar Abdullah saat diskusi dengan saya.

Saat saya singgung ciri-ciri Prabowolover, Abdullah dengan gamblang mengatakan, bahwa mereka dibagi tiga.

Pertama anggota Partai Gerindra dan simpatisannya. Mereka mendukung Prabowo, karena garis ideologi kepartaian.

Kedua, orang partai lain diluar partai Gerindra. Kondisinya, para pembesar partai itu sudah ada kontrak politik dan ekonomi dengan mas Prab. Kontrak ekonomi biasanya dalam bentuk pemberian sejumlah uang dari Prabowo. Setelah terima uang-dalam jumlah banyak- kemudian dia memerintahkan bawahannya untuk mendukung Prab.

Dalam kontek ini, tidak ada benang merah ideologi. Ini murni transaksi politik antara petinggi partai dengan Prabowo. Pendukung adalah korban saja. Mereka tidak dapat “nikmat” apa-apa.

Ketiga, mereka yang dungu. Buta sejarah, tukang lieh leubo –menjilat-  ataupun mereka hanya mendapat remah nikmat yang hanya cukup untuk beli rokok dan kondom. Kelompok yang ketiga ini tidak berada di lingkaran partai politik Gerindra maupun dilingkaran partai pendukung Prab. Hanya mereka berusaha memposisikan diri sebagai “orang penting”, padahal semua tahu, mereka hanya “penumpang gelap”.

Di ujung diskusi, Abdullah mengatakan kepada saya, bahwa sejatinya, semua pihak harus memaafkan Prabowo. Namun haruslah ada syarat. Yaitu dia harus terlebih dahulu bertanggung jawab terhadap semua kejahatannya dimasa lalu. Misalnya dia harus terlebih dahulu dihukum -sesuatu yang belum terjadi sampai saat ini-.

Namun, kalau dia dimaafkan begitu saja, tentu ini tidak akan memulihkan kondisi. Ketakutan yang lebih besar adalah, bilapun segenap rakyat dipaksa untuk melupakan kejahatan mas Prab tanpa proses hukum, maka yang menyeru pelupaan sejarah itu yang akhirnya menjadi musuh rakyat.Rakyat akan menilai, sipapaun yang mendukung Prabowo tanpa syarat, termasuk para mantan kombatan, adalah musuh sejati, karena telah memaafkan musuh, tanpa mempertimbangkan kondisipsikologi rakyat yang telah menjadi korban.

Ada yang menarik dari penyampaian lelaki setengah abad itu, yaitu, bilapun kita bisa memafkan Mas Prab tanpa konsekuensi hukum yang akan diterimanya, maka jangan menyesal nanti, bila setelah maaf itu kita berikan, dalam hitungan tahun dia akan kembali mengulang kesalahan itu.

Tahu mengapa? Karena Prab adalah manusia yang memandang nusantara dengan konsep ultranasional. Tak boleh ada kekuatan politik diluar Jawa yang boleh hidup, apalagi mencoba mengkritik Indonesia (Jawa). Siapa yang membangkang, akan dilibas.  Teori yang digunakan oleh lelaki tambun itu, adalah konsep Indonesia ala Majapahit.

Dalam konsep ekonomi, Prab juga bagian dari kapitalis yang mengusai ratusan ribu hektar hutan di seluruh Indonesia. Soal manifesto ekonomi ala Gerindra, menurut Abdullah, itu hanya lipstik semata. “Dia sedang menipu orang yang mau ditipu. Ikah hom keuh. Ike han le*,” ujar Abdullah sambil kemudian pamit pulang. []


Bireuen, 1 Mei 2014. Ruang sempit demokrasi.
*Kalau kamu terserah, aku tidak mau lagi.





No comments for "Abdullah Menolak Prabowo"