Opini: Presiden Negeri Seberang

Oleh Muhajir Juli

"Aceh akan hebat bila Achehnese national interest mampu benar-benar kita jaga. Pahamilah, sebelum otak dan pikiran kita mampu merdeka, jangan pernah bermimpi untuk merdeka secara hukum dengan nama negara Aceh Sumatera,"




Pilpres 9 Juli 2014 sudah diambang pintu. Dengan demikian masa rezim SBY akan segera berakhir di NKRI. menariknya calon yang maju kali ini hanya dua pasangan. diantara keempat anak manusia itu, hanya Joko Widodo alias Jokowi yang merupakan wajah baru di blantika perpolitikan Jakarta. Yang lain adalah wajah lama.

Lalu apa menariknya bagi Aceh bila menyoal pemilihan presiden "orang seberang" itu -istilah Hasan Tiro dalam buku Aceh Dimata Dunia-. Bila pertanyaan itu ditujukan kepada saya selaku putra Aceh, tentu banyak hal menarik dari pesta demokrasi yang akan segera berlangsung itu.

Pertama tentu soal martabat bangsa Atjeh (meminjam istilah lama). Presiden orang seberang yang terpilih nantinya adalah yang tetap melaksanakan agenda penegakan hukum terkait soal pelanggaran HAM di Aceh.

dalam konteks ini, masih banyak hal yang belum selesai. Sebut saja Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Ini menjadi sangat penting bagi Aceh. Selain sebagai wahana untuk melahirkan trust baru pada Jakarta, juga sebagai ajang pertanggungjawaban negara terhadap pelanggaran HAM masa lalu terhadap rakjat Atjeh.

kemudian hal kedua adalah soal ketidakadilan pembangunan dan ekonomi. diakui atau tidak angka kemiskinan di Aceh masih tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh merilis data terbaru bahwa jumlah penduduk miskin di Aceh pada September 2013 mencapai 856.000 orang atau 17,72% dari 4,8 juta jiwa total penduduk Aceh.Terbanyak, penduduk miskin itu berada di pedesaan, mencapai 699.000 orang. Sedangkan di perkotaan jumlahnya 157.000 orang.(Sumber: http://aceh.tribunnews.com/2014/01/04/856000-penduduk-aceh-miskin)

Jumlah penduduk miskin itu, bila dilihat dari statistik tentu menurun bila dibandingkan September 2012, jumlah penduduk miskin Aceh justru turun 0,86 persen dari sebelumnya 877.000 orang.

Namun apakah dengan uang Aceh yang diterima dari desentralisasi dan otonomi khusus  lebih dari 100 triliun  sejak 2010 sampai 2014, sudah sesuai dengan peningkatan pembangunan ekonomi rakyat?


ini belum lagi bicara anggaran hingga 2013 yang mencapai 400 triliun lebih dari dana otonomi khusus.

Disini butuh intervensi Jakarta. Penghamburan uang rakyat sekarang ini oleh kaum hedonis yang ada di Aceh, tidak terlepas dari pembiaran pembesar negeri seberang. Mereka seperti membiarkan para pencoleng yang bertopeng pejuang untuk terus menghisap darah rakyat.

kemudian hal ketiga soal SDA. Kita paham bahwa dibalik perut bumi Aceh masih banyak tersimpan cadangan SDA. bahkan terus ditemukan mineral-mineral baru.

Selain itu, rimba-rimba Aceh masih menyimpan aneka limpahan rezeki bagi umat manusia.

kita (Aceh) harus memastikan, bahwa presiden orang seberang yang akan kita pilih adalah dia yang mau memperlakukan Aceh secara adil. Mau menggunakan SDA dan hutan Aceh secara adil dan akuntabel. Artinya pelibatan sumber daya lokal mulai dari buruh sampai pengambil kebijakan adalah kewajiban.

Mengapa penting? Sebab berharap pada "manusia lokal" untuk saat ini, saya sendiri sudah pesimis. Benar memang secara perang kita sudah damai. Namun penjajahan ekonomi tetap berlanjut, dan ini dilakukan oleh mereka yang mengaku pengikut Hasan Tiro.

***
Kita (Aceh) harus paham bahwa yang kita pilih bukanlah "kita". dalam arti, bahwa presiden RI itu tetap orang seberang. Namun, tak memilih mereka juga bukan jawaban. Sebab kita untuk saat ini masih dibawah ketiaknya mereka.

Menjaga peluang dengan memilih yang terbaik diantara pilihan buruk adalah solusi paling cerdas. Setidaknya, dengan terpilihnya yang baik itu, kita masih bisa bernegosiasi dalam hal kebajikan.

Ingat, pilpres ini bukan perang kita. Ini perang elit orang seberang. Jangan korbankan ukhuwah hanya karena menjadi pengikut fanatik "penokoh" yang telah terbukti melakukan tipuan terhadap bangsanya sendiri.

Punyailah prinsip sebagai rakyat. Jangan jadi keledai. Kita harus mampu membaca siapa-siapa saja yang mengadu kita, demi amannya kepentingan mereka.

Sudah cukup Belanda, Orde lama dan Baru, serta orde MoU Helsinki yang menghisap kita secara paksa. Kita harus hentikan itu.Dalam kondisi demikian, ingatlah pesan Hasan Tiro:

"Seseorang masih tetap sebagai pemilik masa depannya, sekalipun dia gagal dalam meraih dan menggenggam masa lalu. Karena masa depannya ditentukan oleh aksinya hari ini,"

Mari gunakan otak. Jangan terkecoh dengan omong kosong kaum lanun. Mari gunakan pikiran yang telah dianugerahkan oleh Allah.

Aceh akan hebat bila Achehnese national interest mampu benar-benar kita jaga. Pahamilah, sebelum otak dan pikiran kita mampu merdeka, jangan pernah bermimpi untuk merdeka secara hukum dengan nama negara Aceh Sumatera.[]

Banda Aceh. 09 Juni 2014. Ruang sempit demokrasi.

No comments for "Opini: Presiden Negeri Seberang"