Mengintip Adegan Panas














Baru lima menit dia ngeten, muncullah ayah Armia. Dia menuju kamar mandi. Dia hanya memakai sarung. Tanpa baju. Sejenak kemudian, muncul Liza. Dia memakai daster pendek. Lutut dan kaki bagian bawahnya nampak. Bukhari mulai berselera.


 Bukhari akhirnya tak sanggup menahan beban hatinya. Dia begitu penasaran dengan cerita Leman tentang adegan panas di rumah Armia.

"Kalau kau sudah melihat semua adegan itu, pasti seumur hidup tak bisa kau lupakan," Kata Leman.

"Seperti apa rupanya? Siapa yang main itu?," Tanya Bukhari dengan suara agak bergetar. 

"Kakak perempuan Armia yang baru kuliah semester III itu," Jawab Leman sambil tersenyum.

"Jangan bohong kamu," 

"kalau tak percaya ya sudah. Emang masalah buat gue?," 

"Kapan biasanya Kak Liza mainnya? sama siapa?,"

"Biasanya pukul 06,00 Wib. Selesai subuh?. Dengan bapaknyalah. Masak sama bapakmu?,"

"Hah....!!! Masak iya sih? Anaknya tega diembat?,"

"Sudahlah jangan banyak tanya. Aku mau pulang," Kata Leman sambil berlalu pergi.

***
Malam itu Bukhari tidak tidur. Sepanjang malam dia menunggu waktu subuh. Begitu kumandang azan subuh terdengar dia langsung merapat ke belakang rumah Liza. Dicarinya lubang dibagian dapur. Setelah dapat, dia langsung pasang badan.

Baru lima menit dia ngeten, muncullah ayah Armia. Dia menuju kamar mandi. Dia hanya memakai sarung. Tanpa baju. Sejenak kemudian, muncul Liza. Dia memakai daster pendek. Lutut dan kaki bagian bawahnya nampak. Bukhari mulai berselera.

Keluar dari kamar mandi ayah Liza duduk dimeja makan. Dia menyulut sebatang rokok. Dibetulkan kain yang dipakainya. Dalam benak Bukhari pasti dia lagi bersiap-siap.

Kemudian Liza juga keluar dari kamar mandi. Dia sudah nampak segar. Kemudian duduk didekat ayahnya. Dalam hati Bukhari, mereka pasti hendak memulai melakukan pemanasan.

"Jangan lama-lama. Lekaslah kamu panaskan," Kata Ayah Liza.

"Bentar lagi yah. Masih ngantuk nih." Kata Liza sambil menyenderkan kepalanya ke bahu ayahnya.

"Kalau gitu suruh sama mama saja. Ayah mau lekas-lekas. Besok pagi rapat di kantor,"

"Ah urusan gitu aja harus mama yang turun tangan. Liza kan bisa yah," Kata Liza sambil bangkit dari duduknya.

"Jantung Bukhari semakin tak menentu. Dia bersiap-siap hendak menyaksikan adegan yang panas. Dalam hatinya dia berkata:

"Liza abang mau juga kamu panaskan.........,"


Liza kemudian menghidupkan kompor gas. Selanjutnya dia memasak nasi, sayur dan air panas. Dia juga dia menggoreng ikan Sarden yang masih segar. Pukul 06.30 semua proses itu selesai.
Namun apa yang ditunggu Bukhari tak kunjung terjadi. hari sudah semakin terang. Akhirnya dia pulang dengan rasa kecewa yang membuat jantung tak menentu berdetak. Dengan wajah kesal dia menemui Leman.

"Hahahahaha. Dasar otak cabul. Yang kumaksud adegan panas itu adalah proses ketika Liza memasak sarapan pagi untuk keluarganya. Kan semua makanan harus dimasak dengan api. Itulah yang kusebut adegan panas," Kata Leman.

Bukhari: &&&****@@@##$$%%%^^&&****. []




No comments for "Mengintip Adegan Panas "