Norman kamaru,Korban Atau Contoh?



Tiba-tiba orang Indonesia kembali heboh dengan fakta bahwa Norman Kamaru,mantan Brimob Gorontalo, tiba-tiba menjadi pedagang bubur di Jakarta. Semua sibuk menghujat bahwa yang bersangkutan telah melakukan sebuah kebodohan, karena lebih memilih keluar dari instansi "mesiu" dan memilih menjadi artis.Kemudian meredup dan menghilang.


Media pun kemudian ikut kegatalan mengulas sejumlah artis dadakan youtube yang kemudian meredup kembali paska ketenarannya yang hanya berbilang bulan. Ulasan ini sepertinya sebagai bagian dari cara lain untuk menghina anak muda yang kreatif itu. Norman dihujat. Tanpa pernah dia diberi kesempatan untuk membela diri. Tanpa pernah dia diberi waktu untuk menjelaskan pilihannya. Hanya karena memilih keluar dari Brimob, dia dihujat habis-habisan oleh penduduk "kolonial" yang beranggapan meninggalkan NRP berarti telah mundur ke dunia masa lampau yang tidak berteknologi.

Saya pribadi salut atas keberanian sang mantan polisi yang terkenal karena lipsing Chaiya-Chaiya itu. Dia tidak terkena sindrom mabuk ketenaran. Bahkan tidak ada satu kabarpun yang menyatakan dia tenggelam dalam putus asa dan kemudian memakai narkoba dan akhirnya bunuh diri. Pilihannya menjadi pedagang (terlepas apapun bentuk dagangan yang halal) adalah sebuah perjuangan yang jarang berani dilakukan oleh orang lain.

Bagi saya dia adalah contoh bahwa berwira usaha dengan perencanaan yang matang akan mendatangkan keuntungan yang berlipat, dibandingan menjadi "jongos"negara. Siapa yang peduli, bahwa faktanya sekarang Norman dan istrinya telah mampu memperkerjakan dua orang anak manusia. Apakah hal demikian bisa dilakukan oleh para jenderal yang berpangkat tinggi? Bisakah itu dilakukan oleh SBY sendiri? Ataukah itu bisa dilakukan oleh si penghujat itu sendiri?

Bisa jadi para jenderal besar mampu memperkerjakan puluhan tenaga kerja di usahanya. Pertanyaan selanjutnya, dari mana modal itu diambil? Halalkah seperti Norman. Ataukah itu hasil sentil sana sentil sini. Cubit sana cubit sini. Sebagai orang yang jauh dengan sang mantan "Pramuka", saya salut kepada Norman Kamaru.

Bukan mudah membangun usaha dari nol. Bukan mudah menjadi majikan bagi dua tenaga kerja. Itu butuh perjuangan keras. Akhirnya kepada para penghujat saya ucapkan selamat atas kerdilnya jiwa anda. Mungkin inilah hasil dari 3,5 abad Belanda menjajah negeri "kolonial"ini. Kalau orang Aceh ikut juga menghujat, padahal Kafe Beulanda cuma 68 tahun singgah disini -- itupun tak berhasil menguasai seluruh Aceh-- patut diduga, anda adalah manusia yang kerdil dan tak punya jati diri. []

No comments for "Norman kamaru,Korban Atau Contoh?"