Sidang Darurat Dewan Hewan (Sebuah Parodi)
Oleh Muhajir Juli
Dewan Perwakilan Hewan se- Aceh
(DPHA) mengadakan sidang terbatas. Untuk menyikapi hal urgen yang mereka anggap
segera harus diambil tindakan.
Di sana telah berkumpul Badak,
Komodo, Ular, Cicak, Buaya, Kambing Hitam, Tikus, Musang.
Musang : Saya rasa sidang kita ini untuk menjaga marwah dari
serangan pelecehan yang dilakukan oleh manusia. Saya sendiri sebagai perwakilan
Musang merasa terhina atas pelabelan perilaku manusia yang mengatasnamakan
saya.
Buaya : Apa yang membuatmu merasa terhina wahai teman Musang?
Musang : Masa, bila ada manusia yang seolah-olah sok baik padahal
oportunis, selalu dikatakan sebagai Musang berbulu Ayam. Ini penghinaan. Seolah-olah
Musang adalah bangsa penipu. Apalagi ini merusak citra Musang Aceh. Kita Musang
bersyariat.
Kambing Hitam: Nasib kita nyaris
serupa. Entah apa yang salah dengan tubuhku. Manusia terlaknat itu selalu saja
menyebut namaku bila ada konspirasi sesamanya. Selalu saja ada yang di kambing
hitam-kan. Coba bayangkan, nama besarku sebagai kambing terinjak-injak. Ini pelanggaran
HAH (Hak Asasi Hewan).
Buaya : kita semua membawa beban gundah-gulana. Bila kalian masih
galau tingkat daerah, maka aku dan Cicak sudah tingkat nasional. Gara-gara
perilaku iblis yang hendak menghancurkan KPK, malah aku dan cicak yang diadu
domba. Untung kami tidak bermusuhan. Kalau kami berantam, domba pasti menjadi
korban.
Cicak : Benar sekali sahabatku Buaya. Nama kita di seret-seret
oleh manusia.
Musang : Lalu kenapa Domba yang menjadi korban?
Buaya : Lha yang diadu kan Domba? Kami kan hanya digunakan nama
saja. Macam tak tahu tabiat manusia saja kamu Musang. Mereka kan seolah-olah
berantam, padahal yang ajdi korban kan rakyat yang tidak tahu apa-apa tentang
konspirasi. Belajarlah dari kasus pemilu manusia di Aceh yang kemarin.
Tikus : Koruptor malah disamakan dengan aku. Bayangkan coba,
sakitnya tuh di sini!
Komodo : Kalau ada manusia yang lidahnya selalu membuat manusia lain
celaka, maka akulah yang di tuduh. Mereka sering mengatakan, “Dasar manusia
berlidah Komodo,”. Bayangkan teman-teman, betapa sakitnya hatiku. Padahal di
usiaku yang 22 my age ya, aku butuh apresiasi yang bertransmigrasi dalam
hilirisasi kehidupan. pelabelan nama aku tentu membuat privasisasi aku ter jail
ke dalam sebuah box yang disegel pakai gembok.
Badak : Bro.... gak usah galaulah. Lu semua tahu tidak, manusia
selalu saja menyamakan orang yang tidak tahu malu sebagai manusia bermuka
badak. Seolah-olah ketebalan kulit mukaku adalah sebuah kutukan. Padahal aku
merupakan binatang langka.
Tikus : Lalu apa tindakan kita selanjutnya? Apa perlu kita
laporkan ke Polisi?
Buaya : Jangan. Polisi kan lagi bermasalah dengan KPK.
Cicak : Bagaimana kalau kita laporkan ke Polda Aceh saja?
Kambing Hitam: Kasus penembakan
waktu pemilu aja mereka gak sanggup bongkar, eh elu percaya pula, soalan kita
mampu mereka pecahkan?
Komodo : Jadi gimana nih bro?
Musang : Lalu gimana nih?
Badak : Kita serang saja seperti yang dilakukan oleh teman-teman
Gajah. Lihat perilaku Po Meurah
(gajah dalam istilah Aceh-pen) hampir tiap malam menghajar manusia.
Akhirnya keputusan DPHA adalah
membalas manusia seperti yang dilakukan Gajah. Mereka semua siap berjihad. Karena
tidak ada artinya hidup, bila terus dihina. []
No comments for "Sidang Darurat Dewan Hewan (Sebuah Parodi)"
Post a Comment