Ada Apa Dengan Din?
Akhir-akhir
ini Din (bukan agama) menjadi sesuatu yang menghebohkan. Bersebab dengan ulah
mereka itulah, sejumlah kematian kembali “menggema” di Aceh dalam bentuk kontak
senjata.
Sejumlah
pakar, awak media, petugas keamanan, gubernur hingga rakyat kecil di pelosok
kampung ikut membicarakan Din sebagai objek baru dalam perbincangan. Tentu dengan
analisis dan kepentingan yang berbeda.
Sedikitnya
ada tiga Din yang menjadi fenomena di Aceh pada 2015. Pertama Din Minimi yang
sampai detik ini tidak kunjung tertangkap –walau aktif menggunakan alat
komunikasi dan selalu berhubungan dengan wartawan dan penegak hukum (saya baca
di koran). Kemudian ada Din Robot yang mengaku ingin bergabung dengan ISIS
serta tentunya bintangnya para Din di Aceh yaitu Din YARA yang kadangkala
muncul sebagai Din TPM –sesuai arah angin berhembus.
Dari
segala Din yang ada di negeri para ampon, Din YARA adalah yang paling
fenomenal. Kenapa demikian? Karena dialah yang menjadi bidan serta kandungan
yang melahirkan para Din di Aceh akhir-akhir ini.
Kemunculan
mereka selalu saja unik. Tuntutannya adalah uang dan kesejahteraan terhadap eks
GAM. Mereka mengancam petinggi negeri dengan berbagai bunyi. Mulai dari
perlawanan bersenjata, sampai ancam akan bergabung dengan forum teroris
internasional.
Kemunculan
Din melahirkan berbagai tanggapan dari pengamat berbagai kelas. Namun sejauh
ini, para pengamat di tingakatan basic
mengatakan bahwa patut diduga bahwa kemunculan para Din ada kaitannya dengan
ketidakmampuan pemerintah untuk memajukan ekonomi rakyat.
Di
samping itu, para eks GAM sendiri sangat banyak yang hidup susah. Hal ini bukan
karena tidak adanya dana reintegrasi. Tapi lebih kepada banyaknya orang tidak
jujur di tubuh eks “pejuang” sehingga dana tidak mengalir sampai ke bawah.
Para
eks GAM yang menang sebagai petinggi pun, kerap berlaku tidak adil atas wilayah
kekuasaannya. Mereka cenderung mendiskriminasi daerah yang tidak mendukung
dirinya sebagai penguasa.
Kedua,
adanya upaya memperburuk citra Zaini Abdullah selaku Gubernur Aceh. Seolah-olah,
Doto adalah aktor tunggal yang harus bertanggung jawab atas tidak berjalannya
ekonomi rakyat.
Ketiga
terkecohnya eks kombatan untuk keluar beserta senjata api. Tujuannya agar senpi
ilegal bisa terkumpul dengan cara mudah. Kecohan ini dilakukan oleh orang-orang
tertentu yang punya afiliasi dengan pihak lain.
Terlepas
dari berbagai dugaan yang dilontarkan oleh para pengamat kelas akar rumput,
namun yang pasti kemunculan Din dengan segala keanehan tersebut telah membuat
rakyat susah. Ketika mereka diburu, aparat cenderung berperilaku seperti
serdadu penjajah. Kasar dan tidak bersahabat.
Kemudian,
dengan isu Din Robot yang ingin bergabung dengan ISIS, kalau tidak berhasil
diredam dan media terus –menerus mem back
up isunya, maka ke depan orang-orang Aceh yang hendak keluar negeri akan
menemui masalah. Bisa-bisa mereka ditolak ketika mengurus izin. Karena Eropa
dan negara lainnya sangat alergi dengan teroris-terorisan.
Seorang
teman pernah berkata: “aksi para Din kebanyakan punya dukungan finansial yang
kuat. Kalau tidak, sudah semenjak muncul, gerakan mereka sudah tamat. Ini menandakan
bahwa di antara para Din punya sesuatu yang disembunyikan.
Apakah
Din Minimi dan Din Robot adalah korban dari sebuah permainan. Jangan-jangan Din
pengacara yang jadi dalang lapangan? Entahlah,” []
No comments for "Ada Apa Dengan Din?"
Post a Comment