Irwandi Yusuf
“Pak Irwandi masih peduli kepada
kami. Bahkan lebih mudah berkomunikasi dengan dirinya dari pada dengan pejabat
negara,”
Dia muncul dan besar
karena sejarah pergolakan Aceh menuntut merdeka dari Jakarta. Ia
masuk Gerakan Aceh Merdeka dan
dipercaya menduduki posisi Staf Khusus Komando Pusat Tentara GAM dari tahun
1998-2001. Keterlibatannya
sebagai Staf Khusus Komando Pusat Tentara GAM membuat ia berurusan dengan
aparat keamanan Indonesia dan ditangkap pada awal 2003. Ia divonis 9 tahun
dalam kasus Makar.
Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 melepaskan dirinya dari penjara Keudah,
Banda Aceh. Ia melarikan diri
ke Finlandia, dan ia diberikan tugas oleh petinggi GAM di Swedia
sebagai Koordinator Juru Runding GAM. Saat rapat pertama Aceh Monitoring
Mission, dia tampil sebagai koordinator Juru Runding GAM di Aceh (2001-2002).(Sumber: Wikipedia).
Lelaki kelahiran
Bireuen pada 2 Agustus 1960 merupakan mantan Dosen di Universitas Syiah Kuala.
Buku Singa Aceh telah mengubah dirinya. Jiwa keacehannya muncul. Itu pula yang
menyebabkan dirinya masuk GAM.
Sejatinya, sebelum
memenangkan kontestasi Pemilihan Umum KePala Daerah secara Langsung –pertama did
Indonesia- pada 2006, dia bukanlah tokoh yang diperhitungkan. Namun sejarah berkata
lain, perlawanannya kepada tak tik politik GAM tua, menyebabkan dirinya
terkenal. Akhir cerita dia memenangkan Pemilukada Aceh bersama dengan Muhammad
Nazar. Mereka maju dari jalur independen.
Dimasa dirinya
menjadi Gubernur, banyak program pro rakyat lahir. Misal beasiswa untuk anak
yatim, Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) dan lain sebagainya.Terlepas dari pro dan
kontra gaya kepemimpinannya, dia berhasil memutar arah jarum sejarah.
Tapi pada pemilukada
selanjutnya, dia terpental dari arena politik. Rakyat menghukum dirinya atas
klaim ketidakmampuan mengeluarkan Aceh dari jurang kemiskinan. Banyak orang
memusuhinya. Termasuk organisasi yang dahulu dia bela. Bahkan partai yang
sempat dia subsidi selama menjadi orang nomor satu di Aceh, ikut membuangnya
keluar gelanggang.
Titik klimaksnya
adalah ketika terjadi insiden pemukulan oleh simpatisan salah satu partai
politik lokal, saat Irwandi keluar dari acara pelantikan Gubernur baru Aceh
Zaini Abdullah-Muzakir Manaf.
Akhir-akhir ini namanya
kembali disebut-sebutkan oleh manusia Aceh. Hal ini timbul karena kekecewaan
masyarakat terhadap kinerja Zikir yang dinilai juga gagal mengembalikan Aceh ke
era kejayaan. Padahal Aceh punya begitu banyak modal. Bahkan peringkat Aceh
sebagai daerah korup semakin sahih berada di runner up se Indonesia.
Semakin hari semakin
banyak saja orang-orang yang bercerita bahwa dimasa Irwandi menjadi “raja” di Aceh,
kondisi Aceh masih lebih baik. Bahkan tidak sedikit yang menyesal telah
termakan bujuk rayu dan fitnah politik yang menjelekkan kinerja suami Darwati.
Saat penulis
menanyakan siapa saja gubernur impian yang layak memimpin Aceh kedepan? Banyak
yang masih menjawab bahwa Irwandi salah satu kandidat yang diimpikan kembali ke
puncak singgasana.
Mengapa? Pertama
alasannya sudah saya kemukakan diatas. Kedua, Irwandi dinilai lebih dewasa
dalam berpolitik. Dia lebih memilih mundur selangkah dan tidak memberikan
perintah membalas, atas setiap kekerasan yang dialamatkan kepada partainya
(PNA-pen) did pemilu 2013 yang lalu. Dia tidak mau darah dibalas dengan darah.
Ketiga, Irwandi tetap
sebagai pemimpin rakyat. Walau sudah tidak lagi menjadi Gubernur, tidak sedikit
uluran tangannya masih dirasakan oleh rakyat. “Pak Irwandi masih peduli kepada
kami. Bahkan lebih mudah berkomunikasi dengan dirinya dari pada dengan pejabat
negara,” ujar seorang warga.
Pertanyaannya kemudian
adalah: apakah Irwandi masih berminat kembali menjadi Gubernur Aceh? Pertanyaan
ini wajar, sebab dia begitu dihina saat pemilu kemarin. Partainya dihajar
habis-habisan tanpa ada yang membela. Bahkan tidak jarang ada yang telah
mengkafirkan dirinya dengan berbagai alasan. Itu diluar gambar fotonya yang
diedit dan dibuat macam-macam –termasuk digambarkan sebagai berhala-.
Akhirnya, pertanyaan
saya tentu akan dijawab oleh waktu. 2017 –bila dihitung dengan kalkulasi
politik- tentu bukan jarak yang jauh. Siapkah Irwandi kembali? Dengan konsekuensi
akan kembali dihina dan difitnah.
Tulisan ini tidak
bermaksud untuk menjilat Irwandi. Walau sama-sama berasal dari Bireuen, tapi
kami tak pernah bertemu. Baik saat dia masih sebagai Gubernur Aceh, amupun
ketika dirinya menjadi rakyat biasa. Saya juga bukan kader PNA.
Lalu mengapa saya menulis
ini? Tentu sebagai ikhtiar untuk terus mengampanyekan orang-orang yang punya
kapasitas untuk menduduki jabatan “raja” sekaligus “pelayan” rakyat. Soal menang
dan kalah, itu bukan urusan saya. []
duet IRWANDI & MUZAKKIR bisa dijadikan komando baru untuk MEMERDEKAKAN rakyat Aceh dari ketertinggalan baik dari sektor ekonomi, pendidikan maupun kesehatan dan infrastruktur lainnja yang dapat membuat rakyat Aceh merasakan kemerdekaan yang telah lama di idam-idamkan.
ReplyDeleteTapi itu semua tidak mudah karena penjakit yang dialami Aceh sungguh sudah sangat kronis, butuh waktu, kedewasaan, keakuran, keseriusan, kecerdasan, kesungguhan, keikhlasan dan kesabaran dari semua element masyarakat Aceh tentunja.
http://masterramadhan.blogspot.com/2014/12/irwandi-muzakkir-akan-merdekakan-rakyat.html