Aku Muslim Bukan Karena Faktor Keturunan

Bukankah Yahudi—sebagai bangsa yang hebat—diakui oleh Allah dalam Quran-Nya. Mengapa bani Israil itu selalu disebut-sebut dalam Quran sebagai bangsa yang luar biasa cerdas?. Mengapa Aceh tidak disebutkan?. Ataukah Quran yang sampai kepada kita hari ini, adalah kitab suci yang telah “disabotese” oleh Yahudi, sehingga kita tidak tahu bahwa derajat Aceh lebih mulia dari mereka yang ada di dunia ini?.



Aku kembali mendengar kalimat tolol itu. Kalimat yang bertahun-tahun lalu mengusik batinku tentang kebenaran sebuah perjuangan yang saat itu sedang dibangun. “Kita adalah bangsa Aceh, bangsa yang paling hebat, tidak sama dengan bangsa seberang laut, yang asal-usulnya dari monyet,”

Label monyet, anjing, babi, lembu dll, sering sekali kita berikan kepada mereka yang berada di luar entitas kita. Kita terlalu bangga dengan bualan, bahwa manusia dari ujung Sumatera ini diciptakan dari keturunan Aulia. Tanah ini diciptakan dari serban ulama yang asal-usulnya dari tanah Arab. Dan kita adalah anak-anak pilihan Tuhan yang dikirim dan diberikan tempat ditanah mulai yang bernama Aceh.

Aku tahu dan paham, bila dengan menulis ini, maka segala cacian dari mereka yang berotak pesong akan menghujamku. Namun, aku harus bicara tentang sebuah kebenaran, agar (setidaknya) anak-anakku kelak tidak pesong otaknya, seperti si mereka itu yang selalu memuji diri, padahal membaca Fatihah saja tidak mampu.

Muhajir Juli: penulis Aceh, alumni Universitas Almuslim, Bireuen. Aktivis Anti Korupsi dan HAM AcehAku ingin bertanya, bila benar Aceh ini turunan yang lebih mulia daripada bangsa lain, mengapa Quran tidak pernah membahas itu? Mengapa tak ada hadist nabi yang menyebut demikian. Bahkan mengapa tidak ada fatwa ulama yang mengakui itu?

Bukankah Yahudi—sebagai bangsa yang hebat—diakui oleh Allah dalam Quran-Nya. Mengapa bani Israil itu selalu disebut-sebut dalam Quran sebagai bangsa yang luar biasa cerdas?. Mengapa Aceh tidak disebutkan?. Ataukah Quran yang sampai kepada kita hari ini, adalah kitab suci yang telah “disabotese” oleh Yahudi, sehingga kita tidak tahu bahwa derajat Aceh lebih mulia dari mereka yang ada di dunia ini?.

Untuk menangkis pertanyaan saya diatas, seorang kenalan pernah mengatakan “Jangan campurkan agama dan politik. Jangan aduk agama dengan perjuangan. Karena dia dua kutub yang berbeda. Meunyo tapateh haba kitab, u tupe kab hana tatumeung rasa,”.

Nah, pernyatan itu sangat luar biasa menyesatkan. Penyebab kehancuran bangsa ini adalah ketika memisahkan agama dengan politik. Padahal tanpa agama, politik itu akan menjadi neraka. Akan melahirkan kemungkaran dan kehancuran.

Islam itu universal. Dia mendunia dengan ajarannya. Ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia yang berlaku di setiap tempat dan masa. Islam merupakan agama yang memiliki keseimbangan orientasi hidup, yaitu kehidupan dunia dan akhirat. Penamaan Islam sebagai agama, langsung diberikan oleh Allah melalui wahyu-NYA (Al-Quran).(Sumber: http://alifbraja.blogdetik.com/?p=152. Manusia dan Tuhan)

Ketika Islam mampu menjawab semua hal, lalu mengapa kita mencoba keluar darinya? Mengapa kita menganggap bahwa agama tidak mampu memberikan jaminan untuk semua persoalan kehidupan?

Kembali ke persoalan tadi (soal menganggapdiri lebih hebat dari bangsa lain). Bila sekedar membangkitkan rasa nasionalisme kebangsaan tidaklah mengapa. Namun tetap ada batasan. Kita harus menjaga agar tidak keluar dari norma agama (bila kita mengakui diri sebagai muslim yang taat).

Namun bila sudah pada tataran menganggap bangsa lain adalah binatang, hantu, keturunan budak dll, maka sudah patut dipertanyakan, apakah pengkultusan secara berlebihan terhadap diri, tidak membahayakan iman?.

Islam itu ajaran yang menekankan kepatuhan hamba pada Tuhannya. Termasuk harus patuhnya seseorang hamba terhadap keputusan Tuhan untuk mengutus Rasul berikutnya sebagai penyempurna ajaran agama sebelumnya.

Dengan demikian, meski pada lahirnya seseorang mengaku Muslim, tapi ia tidak mencerminkan kepribadian yang patuh tunduk pada semua ketentuan Tuhan, maka bohonglah pengakuan dan klaim Muslimnya. (Sumber: adhimedia.wordpress.com. islam-agama-kebenaran)

Aku Memilih Menjadi Muslim

Sejak kecil aku terus belajar tentang Islam yang sesungguhnya. Baik itu terkait dengan soalan Tauhid, juga soalan muamalah dan segala hal lainnya. Dari semua mursyid yang pernah kudatangi, Islam tidak pernah punya ajaran yang menghina bangsa lain, apalagi sesama muslim, dengan label-label binatang, hantu, budak dll.

Manusia-manusia celakalah yang telah menciptakan sekat-sekat, agar antara satu dan lainnya saling tikam (bila ada perbedaan), yang kesemuanya itu, demi sampainya tujuan manusia celaka itu.

Bilapun kelak, aku diharuskan (dipaksa) untuk menanggalkan entitas kesukuanku, karena perihal ini, maka aku telah siap. Sebab bagiku Islam itu adalah jalan penerang. Maka aku lebih memilih menjadi muslim, daripada harus melawan Tuhan sang pencipta, hanya gara-gara menganggap Aceh lebih mulia dari bangsa lain.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.”(QS. Al-Hujurat: 13)

“Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dari sari pati tanah. Kami jadikan sari pati tanah itu air mani yang ditempatkan dengan kokoh di tempat yang teguh. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, dari segumpal darah itu, Kami jadikan segumpal daging, Kami jadikan pula tulang-belulang, kemudian tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging (QS Al Mu-minun (23): 12-14).

Dengan sikapku ini, aku harus bersyukur, bahwasanya keislamanku bukanlah karena faktor keturunan. Tapi memang murni karena aku diajarkan tentang Islam secara benar, baik oleh orang tuaku serta guru-guruku.
Aku lebih memilih percaya kepada guru-guru dan Quran Allah, daripada manusia pesong yang mabuk kekuasaan. Ingatlah kita (Aceh) tidak diciptakan dari emas.[]

Bireuen, 12 April 2014. Ruang Sempit Demokrasi


2 comments for "Aku Muslim Bukan Karena Faktor Keturunan"

  1. ulasan yang menarik bang, saya sangat setuju "Ingatlah kita (Aceh) tidak diciptakan dari emas"...
    jangan lupa berkunjung ke blog saya http://negeridalamaksara.blogspot.com/

    ReplyDelete

Post a Comment