Keramahan Politisi


keramahan palsu politisi










Teman, aku sering menemukan orang-orang ramah sebelum pemilihan umum. Baik itu caleg sampai dengan pimpinan partai politik. keramahan mereka terkadang tidak pada tempatnya dan nyaris mubazir.

Namun, semua itu sirna dan hilang setelah musim pemilu usai. Baik yang kalah maupun yang menang, semuanya kehilangan senyum. Bahkan yang selama ini mem-mubazirkan senyum, kini seolah telah putus saraf senyumnya itu.

Pengalaman paling kentara yang kurasakan adalah ketika bertemu dengan seorang petinggi parpol di Bandara Iskandar Muda beberapa waktu lalu. Saat itu aku sedang duduk dengan temanku.

kemudian si teman berjumpa dengan petinggi parpol itu, aku ikut nimbrung. Ketika sang teman pergi, aku mencoba membuka percakapan dengan si petinggi itu. namun jangankan menoleh saat aku bicara, menjawab pertanyaanku saja dia nampaknya enggan.

Teman, padahal, beberapa hari sebelum pemilu, dia juga jumpa denganku di simpang lima Banda Aceh. Saat itu kami sedang mengadakan aksi. Dia nampak ramah dan menegur siapapun yang ada di sana. Bahkan dia cukup ramah denganku.

Hehehe. Teman. Inilah wajah politik, ketika pemain politik adalah pribadi-pribadi yang penuh kepalsuan. Aku pribadi tidak kecewa dengan perilaku si pimpinan parpol itu, karena sejatinya aku sudah cukup mengenal watak mereka bila berhadapan dengan orang yang mereka nilai dari kelompok awam.
Namun, aku hanya punya pesan kepada kalian yang belum mengenal mereka, bahwa perangai politisi sekarang ini banyak yang mendua. Ramah dan shaleh menjelang pemilu, namun sombong dan sok elit bila sudah usai pemilu. []

No comments for "Keramahan Politisi"