Pesan dari Australia: Orang Aceh Jangan Lupa Diri
Hanya karena dua warga negaranya yang jahat, Tony Abbott mencoba mengungkit-ungkit kebaikan Australia yang ikut membantu Indonesia (Aceh) saat bencana tsunami meluluhlantakkan “Pemerintahan Sendiri” yang berlokasi paling barat Pulau Sumatera. Baca: http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/15/02/18/njytlo-eksekusi-mati-pm-australia-indonesia-harus-ingat-utang-tsunamiDia juga berharap agar rakyat Aceh juga jangan sok mok. Jangan sok, sebab saat dibantu dulu, rakyat Aceh sedang dalam posisi sekarat.
“Ini
pernyataan sangat buruk,” kata pejabat senior Australia yang enggan disebut
namanya, sebagaimana dikutip The Age. “Itu sama saja membatalkan pekerjaan yang
sudah bagus,” kata pejabat lainnya.
Sedangkan
pengamat dari Pusat Hukum Indonesia, Islam dan Masyarakat di Universitas
Melbourne, Tim Lindsey menyebut konsistensi dan sikap penuh hormat yang
ditunjukkan Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop memang menunjukkan
lemahnya posisi Australia di hadapan Indonesia. Namun, Lindsey menyebut Bishop
telah melakukan langkah elegan.
Sementara
di sisi lain, kata Lindsey menambahkan, Tony Abbott justru menyampaikan
pernyataan yang kontra-produktif dan tak perlu. “Benar atau salah, ketika itu
sudah masuk ke ranah diplomasi, Indonesia bisa menanggapinya pendekatan terukur
itu secara positif dan secara sejarah (Indonesia) selalu merespon negatif
terhadap berbagai ancaman,” ucapnya.
Karenanya beberapa kolega dekat Tony Abbott
justru menyayangkan pernyataan tentang perlunya Indonesia mengingat jasa baik
Australia saat tsunami Aceh 2004. Internal pemerintahan Australia justru menyebut
penyataan Abbott itu telah mengikis strategi cerdik untuk menyelamatkan dua
warganya dari hukuman mati di Indonesia.
Tony Abbott Anak Nakal
Apapun
ceritanya, pernyataan Tony telah melukai perasaan rakyat Aceh. Dia sudah
seperti si Gam Pure seungke yang
selalu mengungkit kebaikan hati, bila kepentingannya berbenturan dengan orang
yang pernah dia tolong.
Untuk
itu, beberapa komponen mulai menggalang dana untuk mengembalikan utang yang
pernah diberikan oleh Australia. Mereka mengumpulkan recehan. Akan tetapi aksi
ini dikecam oleh berbagai kalangan, termasuk warga Australia .
Seorang
kolega penulis yang merupakan warga Australia mengatakan bahwa Tony adalah anak
nakal, yang akan marah bila keinginannya di tolak. Sebab itulah dia “mengamuk”
kepada Pemerintah Indonesia.
“Maklum
saja, kadang di Negara maju, perilaku politisinya mirip juga seperti yang ada di
daerah kamu ,” Katanya.
“Bedanya,
di sini, jarang sekali bunuh-bunuhan, bila dua kepentingan saling beradu. Itu yang
membuat politisi di Australia lebih beradab dari yang ada di Aceh,” Ujarnya. Kalimat
terakhirnya itu membuat kuping saya merah.
Kepada
pengelola Jambo, si teman mengatakan,
sebaiknya rakyat Aceh tidak perlu terpancing, dan kemudian seolah-olah ingin
mengembalikan bantuan Australia. Karena saat membantu, rakyat negara Kangguru benar-benar ikhlas.
“Uang
itu banyak bro. Gak cukup hanya dengan ngumpulin uang receh. Orang Aceh aja
masih banyak yang lapar, eh kok gaya-gayaan menggertak orang kaya?,” kata si
teman. Kali ini saya diam. Karena memang benar, uang receh itu takkan pernah
cukup. Panitianya pasti akan nyerah dalam hitungan hari.
Di
akhir perbincangan, si teman berkata, bahwa tidak perlu terlalu reaksioner
menghadapi kalimat Abbott. Karena dia tidak mewakili rakyat Australia. Dia hanya
mewakili nafsu amarahnya saja.
Dia
juga berharap agar rakyat Aceh juga jangan sok
mok. Jangan angkuh, sebab saat dibantu dulu, rakyat Aceh sedang dalam posisi
sekarat. Melihat bantuan Australia, tidaklah bisa di ukur dengan kondisi hari
ini. Sebab saat dibantu, rakyat Aceh, jangankan punya rumah, kadang celana
dalam saja tidak punya.
Kalimat
penutupnya itu mengingatkan saya ketika seorang Jawa mengatakan bila terus
mengungkit-ungkit jasa, maka bayar saja utang Indonesia sama Aceh. Namun saat
itu seorang tokoh Aceh menjawab: “Tidak perlu sombong menolak jasa kami.Karena
saat Aceh membantu Indonesia, rakyat RI di Pulau Jawa masih berbaju goni dan tak bercelana
dalam,” []
No comments for "Pesan dari Australia: Orang Aceh Jangan Lupa Diri"
Post a Comment