10 Tahun Damai, Yang Dibicarakan Hanya Eks Kombatan



Ilustrasi

Maaf bila tulisan singkat ini tidak meu MoU Helsinki dan tidak meu UUPA. Karena apa yang saya tuliskan ini sebuah protes singkat dari seorang rakyat yang sudah jijik melihat tingkah laku Lempap yang selalu mengatakan dirinya pahlawan, namun berperilaku seperti penjajah.


10 tahun sudah perdamaian Aceh, tapi mereka yang berada dilingkungan elit, selalu saja mengatakan bahwa eks kombatan GAM belum sejahtera. Bahkan mengaku terpaksa harus merampok karena kelaparan dan tidak punya lapangan kerja.

Isu ini selalu diputar menjelang pesta politik pemilihan kepala daerah. Dulu saat Irwandi hendak dihancurkan nama baiknya, isu ketidakpedulian terhadap eks kombatan menjadi kabar utama di media massa. Para panglima (tibang) selalu berteriak bahwa mereka tidak dipedulikan oleh Gubernur.

Sekarang, Zaini Abdullah juga disikut. Padahal saat era Irwandi berkuasa, Doro Zaini begitu dipuja-puji sebagai dokter manusia yang akan mampu menyejahterakan eks GAM yang bergabung di bawah payung KPA.

Namun, kini, Doto manusia itupun dimaki. 

Para panglima (tibang) kembali berteriak bahwa mereka belum sejahtera.

Duh Gusti!

Sudah 10 tahun perdamaian Aceh. Mereka masih memperbincangkan perkara eks kombatan yang belum sejahtera. Lalu muncul pertanyaan, kalau mereka belum sejahtera, siapa pula yang selama ini menyerap dana dari BRA dan BP2A? hantukah, atau anak keturunan iblis syaithan?

Rakyat Aceh sudah waktunya untuk bangun pagi dan melihat kenyataan. Rakyat Aceh bukan hanya eks kombatan GAM yang kini bergabung di bawah payung KPA. Semua punya hak untuk disejahterakan oleh penguasa. 

Mari bangun dari tidur panjang. 10 tahun perdamaian, meraka hanya berpikir untuk menambah pundi kekayaan, dengan memperjual belikan “perjuangan” yang digagas oleh Hasan Tiro. []


No comments for "10 Tahun Damai, Yang Dibicarakan Hanya Eks Kombatan"