Menelisik Tabir Koalisi Mualem - Prabowo
Banyak diantara kita yang syok ketika mendapati fakta bahwa, Partai Aceh yang mengklaim diri sebagai pembela rakyat dan kepentingan Aceh, telah berkoalisi dengan Gerindra, sebuah partai yang dimiliki oleh Prabowo Subianto. Lalu benarkah bahwa koalisi tersebut sebagai bukti bahwa Aceh seksi dimata mantan Danjen Kopassus itu secara politik? Ataukah ada hal lain yang melahirkan “perkawinan” itu?.
Untuk mencari jawaban yang benar dari pertanyaan diatas, kita harus menelaah dulu siapa sebenarnya Prabowo Subianto tersebut. Lelaki tambun mantan petinggi Kopassus itu adalah seorang prajurit yang telah menyerahkan segenap jiwa raganya untuk keutuhan Negara Kolonial Republik Indonesia (NKRI).
Dia adalah seorang yang berpandangan ultra nasionalis –mencintai Jawa centris (nasional) secara berlebihan)--. Maka tidak heran, ketika masih aktif di Kopassus, dia adalah orang yang paling anti terhadap gerakan pemisahan diri dari NKRI. Untuk itulah dia bertempur habis-habisan membabat setiap gerakan perlawanan, termasuk Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Kampayenya di pulau Jawa saat itu adalah menjaga keutuhan NKRI. Dan khusus untuk Aceh, misi yang dia emban adalah tembak GAM dan basmi semua elemen perlawanan, untuk memastikan agar Sumber Daya Alam (SDA) Aceh tetap dikelola oleh NKRI melalui Exxon Mobil (ini adalah salah satu misi penerjunan Kopassus ke aceh saat itu). Pengamanan proyek vital milik kolonial di Aceh adalah harga mati.
Pasca “terbuang” dari elit militer, dan pasca damai antara NKRI dan Aceh, mau tak mau, Prabowo harus melakukan pendekatan lain terhadap Aceh. Hal ini tidak terlepas dari jabatannya yang sekarang yaitu ketua partai dan seorang pebisnis. Untuk itu dia harus melakukan re-deal dengan pemimpin GAM yang dianggapnya stupid.
Untuk apa membangun deal-deal baru itu semua. Tidak lain dan tidak bukan, adalah karena murni bisnis semata. Dimata Prabowo, secara politik Aceh tidak seksi. Negeri pendudukan ini hanya memiliki 5 juta jiwa penduduk. Tentu, dilihat secara nasional, siapapun tahu, suara rakyat Aceh (dalam kancah pemilu nasional) tidak punya arti. Bahkan kalau boleh jujur, tidak dihitung sebagai daerah yang menguntungkan.
Namun, bila ditelisik dari sudut pandang ekonomi, Aceh adalah ladang “emas” yang menggoda untuk digarap. Umpama gadis cantik, Aceh adalah perempuan muda yang aduhai serta masih layak untuk “ditiduri” karena mewarisi kekayaan orang tuanya yang berlimpah.
Koalisi yang dibangun dengan Partai Aceh adalah murni untuk bisnis (ekonomi kapitalis) serta menjaga kelangsungan bisnis adiknya, Hasyim Djojohadikusumo , di Aceh, dan untuk memastikan, agar potensi SDA yang ada di serambi, berada dibawah kendali Prbowo.
Anda tentu bertanya, apa bisnis adiknya di tanoh indatu? Di blok Singkil, adik mantan menantu Soeharto itu adalah Nations Petroleum, sebuah perusahaan minyak bumi dan gas, yang sedang melakukan penelitian di wilayah itu untuk mengetahui kondisi wilayah, sosial, dan budaya masyarakat setempat jika deposit migas di wilayah itu nantinya dieksplorasi bahkan dieksploitasi.
Bukan hanya blok Singkil yang menjadi incaran Prabowo dan Hasyim.
Temuan ladang migas baru di pantai timur Aceh juga menjadi target mereka. Sebab, menurut data sementara, cadangan minyak dan gas di enam kabupaten di pantai timur jauh lebih besar dibandingkan blok Singkil. Bahkan jauh diatas yang dimiliki oleh ladang gas Arun yang hampir habis “diperkosa” oleh pusat itu.
Di sisi yang lain, saat ini Provinsi Aceh memiliki 25 sumur penghasil minyak dan gas (migas). Selain itu, di Aceh juga terdapat 12 pengeboran sumur eskplorasi. Ini merupakan salah satu investasi besar bila dikembangkan dengan baik. Demikian ungkap kepala perwakilan sumbagut SKK Migas Bahari Abbas, usai pertemuan di pendopo Gubernur Aceh, Rabu (29/1). (The Globe Journal.com: Aceh Punya 25 Sumur Migas. Kamis, 30 januari 2014)
Di bidang perhutanan, Prabowo juga memiliki Tusam Hutani Lestari berada di Nanggroe Aceh Darussalam. Area nya meliputi kawasan pegunungan di Aceh Tengah, sehingga menyediakan iklim yang sempurna bagi pertumbuhan Pinus Mercusii sebagai sumber bahan baku utama kertas gelondongan. Konsesi berlaku hingga tahun 2042 untuk area sebesar 97.300 hektar.
Sebuah Koalisi Salah Kaprah
Apa yang saya sebutkan di atas tadi merupakan alasan kuat, mengapa Prabowo mau datang ke Aceh. Ini bukan persoalan politik. Permohonan maaf Prabowo atas kesalahan masa lalu Kopassus di Aceh, bukan karena dia menyadari bahwa mereka pernah salah, namun lebih kepada basa-basi murahan, agar rakyat Aceh melupakan duka lara, dan dia mudah masuk untuk “menikmati” SDA yang dimiliki oleh Aceh.
Tidak sadarkah Mualem tentang hal ini? Saya tidak tahu jawabannya. Namun dalam kacamata saya, kalaulah Mualem beralasan koalisi dengan Gerindra murni pilihan politik demi menaklukkan Jakarta, saya kira ini sebuah kesalahan. Mengapa? Karena Gerindra dan Prabowo bukanlah sebuah partai besar. Dia juga bukan pula kandidat yang sangat kuat untuk dapat memenangkan kursi presiden. Konon lagi, dia adalah serdadu yang ditolak dimanapun, karena catatan merahnya dalam konteks pelanggaran HAM.
Masih ada Jokowi yang lebih berpeluang menang sebagai RI 1. Lalu timbul tanya baru. Mengapa tidak dengan PDI P saja koalisi itu dibangun? Mengapa harus Gerindra? Bahkan, mengapa tidak dengan Golkar atawa kembali “bersetubuh” dengan Demokrat?
Jadi, bagi siapapun yang masih waras, percayalah, Prabowo tidak pernah merasa bersalah terhadap Aceh. Sebagai seorang yang berpandangan ultra nasionalis, tindakannya dimasa lalu terhadap penzaliman Aceh, dia anggap benar. Sebab berhasil menjaga keutuhan NKRI dan tetap tunduk ke Jawa.
Lalu bila Mualem beralasan, kehadiran Prabowo akan membuat Aceh maju, kita harus bertanya maju dari segi apa? Apakah rencana pembangunan pabrik ban dan pabrik padi adalah jawabannnya? Kalau ya, sungguh murah trade yang dibangun oleh orang nomor dua di Aceh itu. Murah sekali nyawa orang Aceh, bila hanya diukur dari sudut pandang ekonomi.
Dalam konteks ini, saya menilai, koalisi yang dibangun salah kaprah. Mualem selaku petinggi PA, tidak sensitif dengan derita rakyat Aceh. Ini sebuah tusukan yang amat menyakitkan. Padahal, semua tahu, persoalan Aceh belum selesai sampai saat ini. Belum ada serdadu yang mengaku salah secara kesatria. Negara –sebagai induk semang serdadu—sampai detik ini, belum mengakui bahwa pelanggaran HAM berat pernah terjadi di Aceh.
Hanya demi kilang padi dan pabrik ban, kemudian Mualem memaksa kita melupakan kejahatan mereka? Sungguh naif sekali. Saya selaku rakyat jelas tidak bisa menerima itu. Luka yang ada belum sembuh.
Ini bukan soal uang dan pekerjaan. Ini soal marwah dan tenggang rasa. Bisa jadi, sebagai kombatan GAM, Mualem tidaklah kehilangan keluarga dekatnya, sehingga mudah melupakan semua itu. Bagaimana dengan rakyat Aceh yang ayahnya dibunuh, anaknya diperkosa, ibunya dimutilasi, abangnya dihilangkan? Apakah mereka sudah bisa memaafkan?
Bicara soal pembangunan ekonomi, kalau boleh jujur. Tanpa berkoalisi dengan Gerindra pun, Aceh mampu mandiri. Uang kita terlalu banyak hari ini dari bagi hasil migas dan otonomi khusus. Ditambah lagi APBA reguler.
Namun lagi-lagi. Ini soal kemampuan dan kejujuran. Aceh sampai detik ini masih gagal bangkit dengan uang yang banyak itu. Penguasa Aceh terjebak dalam pusaran praktik KKN. Ini tidak bisa dipungkiri.
Kita harus ingat. Yang kita butuhkan hari ini bukanlah pabrik padi dan ban itu yang hanya mampu menampung ribuan orang itu (konon katanya). Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang adil, berani tegas dan merakyat.
Darah dan nyawa tentu tak bisa diukur dengan pabrik ban. Sebab itu tidak pernah bisa disandingkan. Ada hal yang lebih penting. Yaitu KKR Aceh. Ini adalah kunci untuk menjawab persoalan korban pelanggaran HAM di Aceh. Sudah sampai dimana sekarang? Mari buka mata.
***
Untuk mencari jawaban yang benar dari pertanyaan diatas, kita harus menelaah dulu siapa sebenarnya Prabowo Subianto tersebut. Lelaki tambun mantan petinggi Kopassus itu adalah seorang prajurit yang telah menyerahkan segenap jiwa raganya untuk keutuhan Negara Kolonial Republik Indonesia (NKRI).
Dia adalah seorang yang berpandangan ultra nasionalis –mencintai Jawa centris (nasional) secara berlebihan)--. Maka tidak heran, ketika masih aktif di Kopassus, dia adalah orang yang paling anti terhadap gerakan pemisahan diri dari NKRI. Untuk itulah dia bertempur habis-habisan membabat setiap gerakan perlawanan, termasuk Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Kampayenya di pulau Jawa saat itu adalah menjaga keutuhan NKRI. Dan khusus untuk Aceh, misi yang dia emban adalah tembak GAM dan basmi semua elemen perlawanan, untuk memastikan agar Sumber Daya Alam (SDA) Aceh tetap dikelola oleh NKRI melalui Exxon Mobil (ini adalah salah satu misi penerjunan Kopassus ke aceh saat itu). Pengamanan proyek vital milik kolonial di Aceh adalah harga mati.
Pasca “terbuang” dari elit militer, dan pasca damai antara NKRI dan Aceh, mau tak mau, Prabowo harus melakukan pendekatan lain terhadap Aceh. Hal ini tidak terlepas dari jabatannya yang sekarang yaitu ketua partai dan seorang pebisnis. Untuk itu dia harus melakukan re-deal dengan pemimpin GAM yang dianggapnya stupid.
Untuk apa membangun deal-deal baru itu semua. Tidak lain dan tidak bukan, adalah karena murni bisnis semata. Dimata Prabowo, secara politik Aceh tidak seksi. Negeri pendudukan ini hanya memiliki 5 juta jiwa penduduk. Tentu, dilihat secara nasional, siapapun tahu, suara rakyat Aceh (dalam kancah pemilu nasional) tidak punya arti. Bahkan kalau boleh jujur, tidak dihitung sebagai daerah yang menguntungkan.
Namun, bila ditelisik dari sudut pandang ekonomi, Aceh adalah ladang “emas” yang menggoda untuk digarap. Umpama gadis cantik, Aceh adalah perempuan muda yang aduhai serta masih layak untuk “ditiduri” karena mewarisi kekayaan orang tuanya yang berlimpah.
Koalisi yang dibangun dengan Partai Aceh adalah murni untuk bisnis (ekonomi kapitalis) serta menjaga kelangsungan bisnis adiknya, Hasyim Djojohadikusumo , di Aceh, dan untuk memastikan, agar potensi SDA yang ada di serambi, berada dibawah kendali Prbowo.
Anda tentu bertanya, apa bisnis adiknya di tanoh indatu? Di blok Singkil, adik mantan menantu Soeharto itu adalah Nations Petroleum, sebuah perusahaan minyak bumi dan gas, yang sedang melakukan penelitian di wilayah itu untuk mengetahui kondisi wilayah, sosial, dan budaya masyarakat setempat jika deposit migas di wilayah itu nantinya dieksplorasi bahkan dieksploitasi.
Bukan hanya blok Singkil yang menjadi incaran Prabowo dan Hasyim.
Temuan ladang migas baru di pantai timur Aceh juga menjadi target mereka. Sebab, menurut data sementara, cadangan minyak dan gas di enam kabupaten di pantai timur jauh lebih besar dibandingkan blok Singkil. Bahkan jauh diatas yang dimiliki oleh ladang gas Arun yang hampir habis “diperkosa” oleh pusat itu.
Di sisi yang lain, saat ini Provinsi Aceh memiliki 25 sumur penghasil minyak dan gas (migas). Selain itu, di Aceh juga terdapat 12 pengeboran sumur eskplorasi. Ini merupakan salah satu investasi besar bila dikembangkan dengan baik. Demikian ungkap kepala perwakilan sumbagut SKK Migas Bahari Abbas, usai pertemuan di pendopo Gubernur Aceh, Rabu (29/1). (The Globe Journal.com: Aceh Punya 25 Sumur Migas. Kamis, 30 januari 2014)
Di bidang perhutanan, Prabowo juga memiliki Tusam Hutani Lestari berada di Nanggroe Aceh Darussalam. Area nya meliputi kawasan pegunungan di Aceh Tengah, sehingga menyediakan iklim yang sempurna bagi pertumbuhan Pinus Mercusii sebagai sumber bahan baku utama kertas gelondongan. Konsesi berlaku hingga tahun 2042 untuk area sebesar 97.300 hektar.
Sebuah Koalisi Salah Kaprah
Apa yang saya sebutkan di atas tadi merupakan alasan kuat, mengapa Prabowo mau datang ke Aceh. Ini bukan persoalan politik. Permohonan maaf Prabowo atas kesalahan masa lalu Kopassus di Aceh, bukan karena dia menyadari bahwa mereka pernah salah, namun lebih kepada basa-basi murahan, agar rakyat Aceh melupakan duka lara, dan dia mudah masuk untuk “menikmati” SDA yang dimiliki oleh Aceh.
Tidak sadarkah Mualem tentang hal ini? Saya tidak tahu jawabannya. Namun dalam kacamata saya, kalaulah Mualem beralasan koalisi dengan Gerindra murni pilihan politik demi menaklukkan Jakarta, saya kira ini sebuah kesalahan. Mengapa? Karena Gerindra dan Prabowo bukanlah sebuah partai besar. Dia juga bukan pula kandidat yang sangat kuat untuk dapat memenangkan kursi presiden. Konon lagi, dia adalah serdadu yang ditolak dimanapun, karena catatan merahnya dalam konteks pelanggaran HAM.
Masih ada Jokowi yang lebih berpeluang menang sebagai RI 1. Lalu timbul tanya baru. Mengapa tidak dengan PDI P saja koalisi itu dibangun? Mengapa harus Gerindra? Bahkan, mengapa tidak dengan Golkar atawa kembali “bersetubuh” dengan Demokrat?
Jadi, bagi siapapun yang masih waras, percayalah, Prabowo tidak pernah merasa bersalah terhadap Aceh. Sebagai seorang yang berpandangan ultra nasionalis, tindakannya dimasa lalu terhadap penzaliman Aceh, dia anggap benar. Sebab berhasil menjaga keutuhan NKRI dan tetap tunduk ke Jawa.
Lalu bila Mualem beralasan, kehadiran Prabowo akan membuat Aceh maju, kita harus bertanya maju dari segi apa? Apakah rencana pembangunan pabrik ban dan pabrik padi adalah jawabannnya? Kalau ya, sungguh murah trade yang dibangun oleh orang nomor dua di Aceh itu. Murah sekali nyawa orang Aceh, bila hanya diukur dari sudut pandang ekonomi.
Dalam konteks ini, saya menilai, koalisi yang dibangun salah kaprah. Mualem selaku petinggi PA, tidak sensitif dengan derita rakyat Aceh. Ini sebuah tusukan yang amat menyakitkan. Padahal, semua tahu, persoalan Aceh belum selesai sampai saat ini. Belum ada serdadu yang mengaku salah secara kesatria. Negara –sebagai induk semang serdadu—sampai detik ini, belum mengakui bahwa pelanggaran HAM berat pernah terjadi di Aceh.
Hanya demi kilang padi dan pabrik ban, kemudian Mualem memaksa kita melupakan kejahatan mereka? Sungguh naif sekali. Saya selaku rakyat jelas tidak bisa menerima itu. Luka yang ada belum sembuh.
Ini bukan soal uang dan pekerjaan. Ini soal marwah dan tenggang rasa. Bisa jadi, sebagai kombatan GAM, Mualem tidaklah kehilangan keluarga dekatnya, sehingga mudah melupakan semua itu. Bagaimana dengan rakyat Aceh yang ayahnya dibunuh, anaknya diperkosa, ibunya dimutilasi, abangnya dihilangkan? Apakah mereka sudah bisa memaafkan?
Bicara soal pembangunan ekonomi, kalau boleh jujur. Tanpa berkoalisi dengan Gerindra pun, Aceh mampu mandiri. Uang kita terlalu banyak hari ini dari bagi hasil migas dan otonomi khusus. Ditambah lagi APBA reguler.
Namun lagi-lagi. Ini soal kemampuan dan kejujuran. Aceh sampai detik ini masih gagal bangkit dengan uang yang banyak itu. Penguasa Aceh terjebak dalam pusaran praktik KKN. Ini tidak bisa dipungkiri.
Kita harus ingat. Yang kita butuhkan hari ini bukanlah pabrik padi dan ban itu yang hanya mampu menampung ribuan orang itu (konon katanya). Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang adil, berani tegas dan merakyat.
Darah dan nyawa tentu tak bisa diukur dengan pabrik ban. Sebab itu tidak pernah bisa disandingkan. Ada hal yang lebih penting. Yaitu KKR Aceh. Ini adalah kunci untuk menjawab persoalan korban pelanggaran HAM di Aceh. Sudah sampai dimana sekarang? Mari buka mata.
***
Seorang sahabat, tadi malam (Rabu/12/3/2014) bertanya kepada saya. "Bro, jangan-jangan Mualem telah membangun deal lain dengan Prabowo. Sehingga dia mau bekerjasama dengan musuh rakyat Aceh itu,"
Saya menjawab "Kalau soal itu, aku tak tahu. Bisa ya bisa tidak. Namun sebagai pribadi, aku tidak berani menduga, karena aku tak tahu dan tak pernah melihat,"
Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan lagi, secara politik Aceh tidak seksi. Namun secara ekonomi ya. Dan Prabowo sedang mengincar itu. []
Langsa, 13 Maret 2014. Ruang sempit demokrasi.
Note: Tulisan ini bukan bentuk provokasi. Namun sebagai media pencerahan, agar pola pikir kritis itu harus dibangun, supaya tidak menelan mentah-mentah janji manis penguasa.
Ini tulisan yang sangat berani, Pak. Saya angkat topi untuk Bapak! Semoga Bapak tetap dalam lindungan kuasaNya. Amin.
ReplyDeletesahabatku Aqsa Al Akbar: Saya juga masih bingung, ini bentuk berani atau nekat? semoga allah melindungi kita semua. Amin
Deletekonflik ala baru aceh akan datang lagi
ReplyDeleteSemoga konflik tidak lahgi terulang. Sudah cukup saudara kita yang jadi korban keganasan perang itu.
DeleteMantap that kata jih bang muhajir hai... :)
ReplyDeletemantap that ge bang... :) hehehe... lon lake izin lon neuk bagi keu rakan2 bang...
ReplyDeletemantap that ge bang... :) hehehe... lon lake izin lon neuk bagi keu rakan2 bang...
ReplyDeleteaneuk aceh: silahkan. Tulisan ini, bukan hendak menebar kebencian. Namun sekedar hendak mengingatkan, bahwa luka lama belum sembuh.
DeleteBereh. .(y)
ReplyDeleteThe Musang. terima kasih telah berkunjung
DeleteNyan jempol, mualem nyan ureung chit...cuma ka lee peng dan jabatan rayeuk... ka mulai tuwo keu geutanyoe rakyat.
ReplyDeleteWajeb ta peuingat. Nak bek dok that. Mantong na ureung laen nyang pantas untuk berbisnis di Aceh. Meunan menurot lon Andema Foundation. terimong geunaseh ka teuka bak blok lon.
DeleteGoh lom na ureung aceh yg beuheu teumuleih lageenyo rupa. Neupeuizin lon keuneuk bagi keu rakan2, bah terbuka bacut mata hate bansa geutanyoe. Bek dipeungeut siumu masa.
ReplyDeleteJal Saja: jeut. Silahkan neubagi. Tulisan ini hanya berupaya membuka mata, bahwa rakyat Aceh tersakiti dengan koalisi ini. Ini bukan soal Gerindra tidak boleh hidup di aceh. Tapi mengapa harus dengan prabowo janji itu diikat? bukankah dia telah menoreh luka dihati kita?
Deletemasalah BLOK MIGAS SINGKIL saya rasa tidak ada yang salah, baru selesai dilakukan tender oleh kementrian ESDM(skk migas) dan belum diumumkan siapa pemenangnya. jika perusahaan Nations Petroleum yang notaben milik hasyim/adikprabowo menjadi pemenang itu sudah dengan proses yang profesional. dan jika benar pendekatan2 yang dilakukan oleh prabowo itu hanya untuk bisnisnya itu juga sudah benar, aceh itu spesial jadi walaupun pemerintah pusat dalam hal ini kementrian ESDM menyatakan nantinya national petroleum sebagai pemenang buka berarti bisa lansung mengeksplorasinya, harus ada ijin dari Pemerintah Aceh. ini bisa diistilahkan seperti melamar calon istri, "orang tua sudah merestui tapi keputusan akhir tetap di anak" (opini hanya untuk bisnis di blok migas singkil) bisnis yang lain gak tau.
ReplyDeletedan untuk berkoalisi dengan PDIP kurang tepat, PDIP itu nasionalis(kalo aceh nakal, siap2 deh dikirimin TANK) dulu saat megawati menjadi presiden, dia yang menyatakan perang dengan aceh. dan juga perlu diingat, megawati sudah merestui untuk pemekaran ALA-ABAS. kalo benar2 jokowi menang byebye ALA ABAS.
untuk dengan demokrat kalo gak salah PA sudah pernah mengajak koalisi tapi enggak mau.
Desa Berjaya: Ini soal luka. Bukan sekedar bisnis. Ini soal pengalaman pahit. Soal ayah dan kakak yang di bunuh oleh Kpassus. Tentang kakak yang dipekosa. Istri yang disodomi di depan suami. Naif sekali, bila semua penglaman buruk kita lupakan, hanya karena soal uang.
DeleteSaya pribadi tidak membenci mualem dan PA. sebab mereka itu aset aceh. Namun setiap langkah yang salah, tentunya perlu diingatkan. Agar tidak lahir pahlawan yang berujung menjadi pengkhianat bagi bangsa ini. Sakit rasanya, bila mendengar nama prabowo. Sakit itu sangat dalam. Semoga anda bisa memahami maksud saya. Luka itu belum sembuh saudaraku.
Allahu akbar...ho teuh bansa aceh
ReplyDeleteta sadari pu nyang get bagi geu tanyoe...bek le ji penget le jawa
Eri Rinaldi: Ini bukan soal Jawa dan non Jawa. Ini soal kenangan buruk rakyat dengan Prabowo. Atas dasar itulah saya menulis ini. terima kasih sobat, atas kesediannya berkunjung.
DeleteKita islam, dia islam... Dendam, benci dan sejarah hitam cuma akan jadi penyakit,,, Memaafkan sesama muslim jalan menuju surga, walaupun kiranya dialah pimpinan tertinggi kopasus yg konon pernah membantai habis rakyat aceh. Tp siapa kah yg memberi intruksi tertinggi..? Apakah dia bergerak/memerintah serdadunya semaunya.? Bang, neukalon sejarah bek ngen kaca mata,, tp neukalon ngen mata dan hate nurani..? Dendam dan kebencian hanya akan menimbulkan luka baru yg tak kan kunjung sembuh..
DeleteNyan Ka kupateh..., nyang lagee Gata tuleh..., ilon pih hireuen teuh, oeh tapikee,...Sang na rencana tuka boh rorom ngon tempe..
ReplyDeleteNyan ka lon Pateh..., nyan Politek Beulanda, sipreuk Peng lam Peureudee Trieng..., nyoe ka ji meubuet uleh si PAI Geureuda
ReplyDeleteAbu Syuhada: Rasakan dengan hati, lihat dengan mata teduh, maka semua akan terlihat. terima kasih telah berkunjung
DeleteSebagai sebuah tulisan yang bertujuan mencerahkan pemahaman publik terhadap kondisi politik di Tanah Aceh, saya menyarankan tulisan ini dipublis dimedia cetak. Sekali lagi semoga Allah melindungi kita semua.
ReplyDeleteTerima kasih atas apresiasi dari sahabat Iskandar. Semoga dilain kesempatan, saya bisa mengirmkan tulisan sejenis ke media main stream
DeleteBang muhajir nyag nepeugah nyan hana salah leu nyan awak aceh jino ka ie paso ie lam punggog, menyo mualem hana ie hargai le nyawong para seudara geutanyo nyang ka wafat bak komflik. Le but ase kopasus. Hana le harga geutanyo bansa nyo, pemimpin hana geurasa seudih pejuag bansa, luka han kan puleuh ngeun lake maaf manteg sampek aneuk cuco prabowo tetap musoh nyag poh awak aceh, mungkin menyo wali Tgk hasan tiro manteg udeup hana lage nyo bansa tanyo bak uroe nyo, bansa tanyo bak uroe nyo ka ipoh droe sabe droe untuk peng, nepeu meaah kamoe wahe iendatu, lon merindukan sosok wali Tgk hasan tiro Di bumo serambi nyo, wasalam.
ReplyDeleteMuaris Aris: semoga bermanfaat. terima kasih telah berkunjung
DeleteDunai ini panggung sandiwara...
ReplyDelete95% ahli politik munafik...
Hanya mengejar harta dan tahta.....
Irfanzul Effendi: Hehehehe. Lage lam film mafia
Delete1000 keu bg muhajir...
ReplyDeleteAl Hajj: Nit that lagoe. beujai lom. Makasih beuh ka neukunjungi blog lon
DeleteGood job keu aduen muhajir juli.
ReplyDeleteBereh tat kata2 droe neuh.
Neu tem pengingat rakyat aceh yg ka lale ngeun jabatan & peng ...
Good luck aduen !!!
Abeng acut: bagi yang ladom, nyoe dipeugah haba peuingat, ladom dipeugah haba peusuna. hehehe. Tanikmati mantong. Makasih beuh ka berkunjung
DeleteBiarlha masalalu mnjdi berlalu.
ReplyDeleteKita jalani aj dan menyaksikan apa yg tlah d buat sama pemimpin kita bg. Dr ps bnyak berbicara takutnya kita gmna ntar.
#trmasuk berani juga abang nie nulisnya
sari nalurita: Masa lalu adalah sejarah (tempat kita belajar banyak hal). Melupakan sejarah adalah pengkhianatan atas peradaban sebuah bangsa.
DeleteSemoga bermanfaat bagi kita semua. Makasih ya sudah berkunjung.
salam hormat saya pad bang muhajir,,apa yang di tulis bang muhajir ini penuh dengan keberanian ,,sekarang banyak orang ketakutan untuk mengatakan sesuatu yang benar ketika itu berhadapan dengan para penguasa...Allah pasti melindungi hambanya yg berbuat kebenaran dan menghancurkan kemunafikan.semua yang terjadi pada diri kita kelak berdasarkan kehendak Allah SWT, bukan kehendak penguasa di muka bumi ini.Doa dan Zikir ku untuk mu abang,,,,terus lah menulis sesuatu yang benar agar rakyat tidak terperangkap dalam kebodohan dan penindasan. semoga Allah SWT membuka mata hati para pemimpin negeri Aceh yang kita cintai.
DeleteBagus dan berani penulis ini
ReplyDeleteHai.... aduen mualem n rakan2 yg bersangkutan... lon lakee tulong beurayeuk that2... tulong neu peuget aceh nyoe beu makmue, bernuasa damai dan islami... bek neu turot hatee yg digoda le jen.... sehingga aceh jet bersatu padu membangun nangroe menuju nangroe aceh yg bermarwah dimata dunia. Aduen mualem ... kesempatan aduen berbuat yg terbaik utk nangroe aceh sangat terbatas jd lakukanlah yg terbaik selagi bisa... Insya Allah... harumnya nama tidak akan lepas dari dr anak cucu turunan aceh.... dan semoga pahala dari Allah SWT atas keikhlasan berbuat terbaik tidak akan putus. Amin... lon tuan percaya bahwa aduen mantong na watee utk berbuat yg terbaik.... Insya Allah Amin...
ReplyDeletePenerus generasi yang sangat baik untuk bg muhajir.
ReplyDeleteSebelumnya terima kasih bnyak untuk beliau yang telah berani dan mau menyisihkan waktunya untuk hal yang sangat pentinh ini.
Sudah sepatututnya untuk pemerintahan sekarang harus berfikir lebih jernih lg tentang persoalan rakyat skrg dan ke dpnnya.
Bukannya aceh dulu yang menentang sangat kepribadian purn tsb untuk aceh? Tp kenapa skrg harus kita bekerja sama dgn dia ?
Sep le jempol keu droeneuh,,
ReplyDeleteBlog yang berani
(y)
That berani
ReplyDeleteMeunye na meu padup droe trek aneuk aceh lagei nyoe sang mantap.
Berani
ReplyDeleteSemoga ukeu leubeh berani lom.
Sungguh tulisan yang sangat nekad dan berani.. Semoga apa yg kita sampaikan sampai ketelinga mualim..dan doa kita untuk aceh yang lebih bermartabat dihijab oleh Allah SWT Aminn...
ReplyDeleteMau nggak mau harus mau,siapapun yg memimpin aceh, mau jawa,non jawa,ato org aceh sndiri, sama aja. Ketentraman,pmbangunan,ksejahteraan,apa selama ini nyata ada nya? Kalo memank tujuan partai untuk membangun aceh, kenapa harus ada pertumpahan darah sesama aceh? Malah yg dulu sama2 b'juang untuk aceh yg saling b'musuhan,saling menjelek2an 1 sma lain,hnya karna UANG. Kalo memank pemimpin b'tujuan untuk mmbangun aceh, perubahan apa yang kita nikmati slama ini? Janji mensejahterakan rakyat, apa slama ini nyata ada nya?mending buat aja janji,pilih partai ini,janji dan celoteh boleh apa aja,kalo tidak ada beras sama uang sendiri,pasti lapar juga kan?
ReplyDeleteSalut dengan isi blog diatas. Semoga Aceh selalu didalam lindungan Allah SWT, dan kita sebagai generasi penerus haruslah bersatu padu untuk menjaga aceh dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dan menyikapi masalah dengan pikiran jernih.Amin Ya Rabb.
ReplyDeleteKami siap angkat senjata lagi pak...
ReplyDeleteCAMKAN ITU BAIK BAIK.
mungkin secara politik sederhana saja tengku, cuma siapkan sekoli/pelampung mana tau kapal sekarang karam. adapun secara ekonomi ya... saling menjaga aset lah. namanya juga politikus plus pengusaha tentu akalnya panjang.
ReplyDeleteIzin share aduen...
ReplyDeleteSalut lon keu kanda yang berani menulis artikel nyoe demi membuka mata hate ureung aceh
Semoga pemimpin tanyoe beu sadar...
Amin ya Allah
Izin share aduen...
ReplyDeleteSalut lon keu kanda yang berani menulis artikel nyoe demi membuka mata hate ureung aceh
Semoga pemi.pin tanyoe beu sadar...
Amin ya Allah
Sangat menyadarkan rakyat dengan tulisan ini. Aduen muhajir.semoga banyak rakyat aveh membacanya. Amin.
ReplyDeleteFenomena yg kita liat saat ini. Para pejabat atau penguasa gadoeh di pike sejengkal. Makna jirh. Sejengkai u wateuh pusat dan sejengkai u yuep pusat
Sangat luar bisa berani mengungkapkan kebenaran di depan publik, salut dengan keberanian saudara. Semoga Allah senantoasa melindungimu dari segala-galanya. Amin.
ReplyDeleteNyan keuh meunan hay adun muhajir example pemimpin y hana sikulaaa,asai peng dumpuu jeut,bangsaa teuh geutem kubah demi peng,,,
ReplyDeleteSaket that ,Nek lon meninggai demi geuupeu juang Aceh,,ooooohhh katrok bax ujong kaaa sia2,
biet bereh aduen.... semoga Allah beu neu bri pencerahan terhadap pemimpin2 aceh... amien...
ReplyDeletebiett bereh that aduen.... tanyoe sangat mudah melupakan masa sedih di peget lage asee but prabowo dan pasukan kopassus, tp demi PENG dan demi PEK, tanyoe tuwe mandum masa suram, hana yum nyawong mujahidin dum, lage tgk. lah(Abdullah Syafi'i) dan Tgk. Ishak Daud yg memperkuat perjuangan dari barat sampo u timu.. semoga Allah neu peluah kubu mandum mujahidin yg ka neu wo,dann semoga Allah neu petunyok keu jalan yg Neu ridhai Le Poe Teu ALLAH SWT amien ya rabb....
ReplyDeletebiet bereh aduen..... hanya karena PENG dan PEK, ureng bisa melupakan masa lalu yg cukup kelam, tanyoe tuwe ngen para mujahidin yg ka neu peu juang keu aceh, tanyoe tuwe bahwa PRABOWO SUBIANTO pernah di peget ureng ACEH LAGE LAMIT da yg paleng kejam lom di peget tanyoe lage ASEE KOPASSUS, semoga Allah neu bri peu tunyok keu pemimpin2 aceh yg ka buta kepada tahta harta dan wanita... neu ingat kembali perjuangan tgk lah dan tgk ishak daud
ReplyDeletemudah2an data dukungnya kuat tulisan ini. saya pribadi juga gak habis pikir kenapa mualem mau berkoalisi ama prabowo. tanpa koalisi aja pun pendukung PA sangat banyak, karena target mereka kan orang2 kampung yang dapat mereka tekan dan orang2 bodoh yang disogok mulutnya denga peng.semakin banyak orang bodoh di PA semakin mudah mualem mengontrol. coba hitung petinggi PA dan dedengkotnya rata2 gak beres semua , mantan kombatan yang berprilaku baik dan berpendidikan sdh buat partai baru.saya yakin di tubuh mantan2 kombatan sendiri mempunyai perasaan yang sama dengan anda. tapi mereka akan menyesal di kemudian hari. memang sakit sekali penderitaan masa itu.sekarang harus cari cara supaya masyarakat terutama masyarakat di kampong yg tidak pernah baca tulisan ini paham kondisi sebenarnya
ReplyDeleteSalam hormat kepda bang muhajir, mengatakan yang benar untuk suatu kebaikan,saat ini mengungkapkan sesuatu kebenaran ketika berbenturan dengan para penguasa penuh dengan ketakutan, bukan kah apa yang akan terjadi kelak pada kita merupakan kehendak Allah SWT,, bukan kehendak para penguasa. terus la abang ku menulis sesuatu yang benar agar rakyat tidak terperangkap dalam kebodohan dan penindasan.doa dan zikir ku untuk mu b muhajir, semoga Allah SWT membuka mata hati para pemimpin negeri Aceh yang kita cintai. Hidup dan mati smua kuasa Allah SWT....selagi kita benar jangan perna ada rasa takut pada siapapun kecuali pada sang pencipta Allah SWT.
ReplyDeleteMudah mudahan jut ku ubat hate,,,kue bg muhajjir salum meuturi...
ReplyDeleteWassalam..
Pernah lon terpikir lage nyoe untuk mempublikasikan kata kata lage nyoe rupa, tapi golom lon beranikan droe.. Alhamdulillah ka geuwakili le bg muhajir.. Good luck bg muhjir ... Salam meuturi
ReplyDeleteSaya sangat menyutujui tapi apa boleh buat "awak tanyoe lee tengeut daripada jaga" dan awak tanyoe kehausan kedudukan/pangkat. Haanaa lee aceh jameun menyoe ka lage nyoe, habeh hancoe dum
ReplyDeleteAwak tanyoe lhee tengeut daripada jaga
ReplyDeleteTulisan yg sangat bermakna dan mudah terserap untuk kita, terimong geunaseh tgk haijir juli...
ReplyDeleteTerima kasih kawan.semoga berjaya
DeleteGet That tulisan droe neuh. Terus berjuang untuk mencerdaskan rakyat Aceh.
ReplyDeleteTeurimong geunaseh ka neukunjong blog lon.
Deletemaaf penulis, sy tdk akan menganggap artikel ini sebuah pencerahan atau sok berani mengungkap semuanya tetang si polan itu, tp saya akan telaah dulu kemanan anda mebawa arah dn makna dari sebuah tulisan ini, apakah untuk menghasut lawan politik atau sekedar informasi saja buat rakyat aceh,, kalau anda sebagai bansa aceh yg netral terhadap politik dgn tanpa berpihak pada siapapun tunjukan nyalimu dgn jantan...
ReplyDeleteyg jadi pertanyaan saya, kenapa anda tdk menjawab dgn detil dari komentar DESA BEJAYA tetang masalah ini pertanyaan :(untuk berkoalisi dengan PDIP kurang tepat, PDIP itu nasionalis(kalo aceh nakal, siap2 deh dikirimin TANK) dulu saat megawati menjadi presiden, dia yang menyatakan perang dengan aceh. dan juga perlu diingat, megawati sudah merestui untuk pemekaran ALA-ABAS. kalo benar2 jokowi menang byebye ALA ABAS.
untuk dengan demokrat kalo gak salah PA sudah pernah mengajak koalisi tapi enggak mau.)
Razul: Saya sepertinya sudah menjawab apa yang ditanyakan oleg Gampong Berjaya. Kalau itu tidak memuaskan beliau dan anda, tentu itu soal lain. Saya memulai tulian ini dari sudut pandang keadilan. Silahkan baca tulisan-tulisan saya yang lain.
DeleteSoal independensi, bukan berarti tidak punya sikap. Selaku orang aceh yang keluarga saya ikut dibantai,saya punya kesumat itu. Saya masih marah pada penjahat. dan juga marah pada penguasa yang zalim.
Soal detail atau tidak, itu dari sudut pandang yang mana. Saya tidak bisa memaksakan siapapun untuk setuju dengan pandangan saya. Namun saya berharap, apa yang saya tuliskan ini, menjadi bagian untuk membawa angin perubahan kearah yang lebih baik.
Silahkan Razul menulis tulisan tandingan (kalau berkenan). Dan semoga dibaca oleh banyak orang. Salam.
Kalau bangsa aceh mempelajari perjalanan sejarah 2 yg sudah terjadi di aceh, aceh tidak terpuruk sampai sekarang, saya rasa bang sa aceh sudah sangat lengkap sejarah manis,pahit,asin yg terjadi, tapi saya aneh kenapa dari sejaranh itu tidak di ambil intisari nya, contoh perang cumbok, 1950 an, itu sudah jelas perang yg sangat kelam dan itu terjadi perang sesama bangsa sendiri, hanya karena kepentingan sekemlompok elit politik di masa itu, apa beda nya denga sekarang?...hanya beda versi saja versi 1950 an dan versi 2000 an, kan yg di perebut kan juga tahta,harta,wanita, yg jadi korban siapa? Rakyat aceh juga, mengapa terjadi tsunami?...itu lah peringatan allah agar pola pikir dapat di ubah, jgn berantam sesama saudara apa lagi sesama muslim, orang aceh sekarang harus pintar ketahui lah sejarah, sejarah itu bukan untuk di kenang tetapi untuk di pelajari agar tidak terjadi langkah yg merugikan rakyat aceh, kita orang aceh harus bisa bersatu, jgn pecah karena uang, hilang persaudaraan, hilang akal sehat, tidak lama lagi kalau aceh seperti itu lagi, kemungkinan lebih besar dari pada tsunami akan datang, assalamualaikum, semoga aceh bisa berjaya kembali,
DeleteBetoi that aduen muhajir,terkadang bangsa geutanyoe, han I pelajari seujarah kelam aceh dari jameun keu jameun, meunyoe seujarah han di mufom, keujeut legaee nyoe, geutanyoe lop lom lam lubang yg saban,lagee prang cumbok, sebenar jih,keadaan jinoe cukop that hie ngoen prang cumbok thon 1950 an,sabee 2 keudoroe meupake karena peng,tahta,wanita,teuma beda versi yg jinoe versi 2000,meunyoe jeut I mufom filosofi seujarah, aceh han lop bak lubang yg saban,lubang kegelapan dan kehancuran, semoga allah menjaga keutuhan dan persatuan uman islam khusus nya i aceh, assalamualaikum syehdara
ReplyDeleteSemoga apa yg terjadi sekarang tidak berimbas dengan rakyat
ReplyDeleteMembaca tulisan ini, rasa kecewa saya kian membuncah terhadap elit partai Aceh.
ReplyDeleteSampai dengan detik ini, kinerja politik pemerintah daerah yang didominansi oleh partai lokal ini cenderung membuat kekonyolan-kekonyolan baru. Tidak hanya menggambarkan gelar "stupid" yang pernah ditabalkan oleh Prabowo cs, tetapi juga mencerminkan betapa deal-deal tertentu kian membutakan mata hati para pemimpin kita. Saya sangat berharap agar pilkada di bulan april nanti dapat membawa angin segar dalam pembangunan aceh ke depan dengan terpilihnya para wakil rakyat yang benar-benar merakyat.. bukan hanya karena pamor partai lokal yang "fana" seperti di atas.
Salut Buat Anda Karena Tipis sekali Perbedaan Antara Berani Atau Nekat Tapi bagi Saya menyampaikan sesuatu yang Menurut saya ( ada benarnya juga ) Itu Bukan Berani Atau Nekat TAPI PERJUANGAN ....!!!!
ReplyDeleteSalut Buat Anda ....Bagi saya Tipis sekali Perbedaan Antara Berani Atau Nekat Tapi Yg jelas menyampaikan sesuatu Yg Benar Adalah PEJUANGAN ...!! Salam
ReplyDeleteBravo. tulisan yang sangat menarik.... bagaimana kalau dimuat di media cetak....??? Rakyat Aceh harus punya pola pikir yang bagus jgn bisa dibodohi trs sama pimpinan.....
ReplyDeleteMantappp, semoga tulisan ini bukanlah fitnah
ReplyDeleteAceh nyo bangai peng leu. Tapi hana manfaat kedroe. Payah undang investor teuma..
ReplyDeleteAceh nyo peng leu. Tapi sumbe daya alam jih dikelola investor luwa. Teukem tanyo. Pemerintahaceh bangai
ReplyDelete