Pernik: Hitam

Oleh Muhajir Juli

"Kita juga jangan lupa, bahwa pada suatu ketika dulu, kita lebih mencintai hitam (gelap) daripada siang. Walaupun kita yakin terang berikan harapan, namun malam adalah peluang untuk menikam mereka yang suka mencincang,"
Add caption© Carol Beckwith y Angela Fisher


Kita sering mengejek hitam. Karena menurut kita bahwa warna gelap itu adalah sebuah kehinaan. Citranya serba buruk. Hampir tak ada istimewa. Bahkan semua memakinya tanpa ampun.

Kita lupa bahwa hajar aswad itu hitam. Padahal ianya adalah salah satu simbol keimanan. Kegelapan adalah hitam. Sehingga sering memberikan perlindungan kepada yang membutuhkan. Bahkan, nenek moyang kita ada yang berkulit hitam legam.

Kita juga jangan lupa, bahwa pada suatu ketika dulu, kita lebih mencintai hitam (gelap) daripada siang. Walaupun kita yakin terang berikan harapan, namun malam adalah peluang untuk menikam mereka yang suka mencincang.

Hitam bukan sebuah kehinaan. Hitam tetaplah warna seperti merah, putih, hijau, kuning dan lainnya. Afrika juga hitam. Namun tak ada ayat Tuhan yang mengatakan bahwa mereka penghuni neraka.

Marilah merenung bahwa hitam sederajat dengan putih. Dia berposisi sama dengan merah dan warna lain. Kita harus melihat dengan jernih. Bukankah putih tidak selamanya suci? Bukankah babi dan anjing juga ada yang berwarna putih.

Inilah hidup. Semua warna, semua jenis, semua bangsa sejatinya adalah sama. Hanya keimanan yang membedakan derajat kemanusiaan. Bukan warna. []


Banda Aceh, Senin, 09/6/2014.

No comments for "Pernik: Hitam"