Aku Takkan Pulang

"Aku bukan layangan, yang bisa ditarik-ulur oleh pemilik benang. Aku bukan jua wayang, yang lakon ceriteranya diatur oleh Ki Dalang. Aku bahkan bukan bayangan, yang berupa hantu atas sebuah permainan. Aku adalah aku, anak gampong yang punya cita-cita membantu tegaknya kebenaran"



Bagiku tiap pertemuan adalah berkah. Dengan sesiapapun kutinggalkan, selama ia bersepakat untuk saling berbuat dalam kebajikan. Karena bagiku, keberadaan manusia di dunia sejatinya adalah amanah. Untuk itu pula gelar khalifah diberikan, untuk tiap hamba yang dianugerahkan akal dan nafsu.

Ragam pengalaman, disakiti, dibuat bahagia, dicurangi, ditinggalkan, bahkan dibenci dalam senyuman, telah pula kurasakan. Aku menikmatinya. Karena diriku percaya bahwa dunia ini tidak statis. Ia dinamis, searah dengan lajur kepentingan.

Aku keluar dari rumah yang dibangun ayahku dengan kepala tegak. Kami bukan sesiapa. begitulah dunia beranggapan. Tapi kami adalah penduduk planet bumi, di mana kehidupan manusia ditempa. Aku besar pada lingkungan yang penuh keterbatasan materi. Namun tidak miskin moral. Aku besar atas dasar sikap bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin. Masa depan adalah misteri. Menaklukkannya adalah tantangan. Satu hal yang selalu kupegang. Jangan khianati kebenaran. Silahkan "khianati" kepentingan sesaat, tapi jangan pernah khianati nilai-nilai kebenaran. Jangan pernah. Dont try it. This is about value.

 Alam membentuk diriku. Kerasnya kehidupan di luar ring kekuasaan, acapkali menghujam tubuh ringkihku. Aku berkali-kali tersungkur, namun tidak kalah. 

Mereka yang tanda tangannya laku, kerap menzalimiku. Jatah beasiswaku hilang karena ibuku gagal melakukan lobi. Ibu percaya dengan predikat peringkat satu di sekolah, posisiku aman. Hingga akhirnya ia harus kecewa, ketika beasiswa itu jatuh ke tangan ianya yang peringkatnya jauh di bawahku. Sebagai bocah yang baru lulus SD, kala itu aku kecewa. Tapi tidak frustasi.

Ragam pengalaman tentang dikhianati oleh mereka yang laku tandatangannya, membuatku berjanji pada diriku sendiri. Kelak bila tandatanganku laku, Tidak boleh tangan ini menzalimi orang lain. Bila aku mampu maka aku harus membantu mereka yang terzalimi.

Ah sudahlah. Terlalu membicarakan diri tentu tidak baik. Satu hal yang harus engkau ketahui, aku bukan tipe manusia yang bermental lemah. Aku masih sangat percaya bahwa Allah tidak tidur. Cukuplah Rabb menjadi temanku. Aku takkan pernah pulang, bila Tuhan masih mengamanahkan tenaga di tubuh ini. Seluruh baktiku untuk bangsaku, negaraku, agamaku. 

Bila engkau masih percaya bila aku tidak suka menelikung orang baik, maka ayo jabat erat tanganku. Bila engkau ragu dan memilih tidak percaya, mari..... lupakanlah aku. Asal jangan engkau berlebihan dalam menilaiku. Cukuplah engkau ceritakan yang engkau ketahui. Jangan berlebihan. Karena aku bukan koruptor, bukan juga pelaku kejahatan kemanusiaan lainnya. 

Bireuen, 19 Agustus 2016.






No comments for "Aku Takkan Pulang"