Steffy Burase: Tolong Potret Bulan itu untuk Saya

Memakai jilbab berwarna lavender--nyaris abu-abu--  Fenny Steffy Burase terlihat modis. Dibalut jaket kulit warna hitam, dengan bahasa Indonesia yang tidak lagi mirip orang timur, perempuan kelahiran Manado, 6 Mei 1983 nyaris mencuri perhatian siapa saja.


Pertemuan saya dengan Steffy Burase pada kamis sore (22/11/2018) di luar rencana. Tak terlintas di benak saya bila suatu waktu akan bertemu dan berbincang dengan perempuan yang telah membuat geger se antero Aceh dengan peristiwa dugaan affairnya dengan Irwandi Yusuf, yang kini ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam dugaan suap Dana Otonomi Khusus (dana Otsus) yang kian akrab disebut DOKA (Dana Otonomi Khusus Aceh).

Saya sempat berbincang sejenak ketika kumandang azan magrib akan segera terdengar. Saya pun mohon diri kala panggilan azan bergema di angkasa. Saya kira, Steffy dan teman-temannya akan segera meninggalkan Cafee Bin Ahmad, tempat di mana ia sudah satu jam sebelumnya menyeruput kopi Arabica yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo.

Ketika saya kembali dari Mesjid Al-Wustha, Lingke, Banda Aceh, Steffy dan teman-temannya baru saja usai melaksanakan shalat magrib di mushalla yang berada di komplek Green House aceHTrend. Seorang fotographer amatir yang juga jurnalis yang belum mengikuti sertifikasi profesi, juga berada di sana. Lelaki tambun itu terlihat sedang memotret dengan lensa telenya.

Bulan di ufuk timur yang sudah berada di pucuk cemara, menjadi fokus bidikan sang photografer. Steffy sepertinya tertarik pada aktivitas memotret itu. Ia pun berkali-kali mengatakan menyesal tidak ikut membawa (saya lupa dia menyebutkan tentang apa), padahal suasana langit yang penuh bintang dan bulan bundar, sangat asyik untuk dipotret.

"Tolong dong potret bulan itu untuk saya," ujar Steffy, yang ditimpali dengan senyum oleh sang photographer muda yang terlihat seakan-akan sedang memamerkan lensa telenya, yang sesungguhnya milik sebuah kantor pemerintah tempat ia dikontrak sebagai tenaga pembantuan bidang kehumasan.

***
Sudah sejak hari Minggu Steffy berada di Aceh. Kedatangannya ke Aceh untuk melihat festival kopi di Bener Meriah. Ia pun berkunjung ke sana. "Untuk melihat-lihat saja, karena saya memang sangat menyukai dunia perkopian," kata Steffy.

Sejak berkenalan dengan Irwandi Yusuf, Steffy punya catatan khusus tentang Aceh. Ia pun mengaku sepakat dengan pemikiran Teungku Hasan di Tiro, pendiri Gerakan Aceh Merdeka, yang dulunya merupakan republiken sejati.

"Saya sepakat dengan pemikiran Teungku Hasan Tiro. Dia lelaki luar biasa, gagasannya menarik. Itu pendapat saya sebagai orang Indonesia," katanya.

Dia bertemu Irwandi di luar negeri sebanyak dua kali. Pertama di Turki dan  di Helsinki. Sebagai seorang sosialita yang memiliki banyak kenalan di berbagai belahan dunia, dengan aktivitasnya di bidang promosi wisata, walau sudah bertemu dengan banyak orang, dia memiliki ingatan khusus tentang Irwandi dan Aceh.

Lewat Irwandi Steffy bisa mendalami Aceh secara lebih dalam. Dari hanya mengenal Aceh sekedar lewat nama, hingga ia begitu mendalam mengetahui tentang Aceh. Dengan demikian, pupuslah segala citra negatif tentang Aceh yang kerap ia dengar dari orang lain.

Steffy bercerita pada suatu waktu, pada perjamuan makan malam yang dihadiri banyak orang, Irwandi berbicara tentang Aceh pada Steffy. Belum lama ia bercerita, sang El Capitain pun menangis. Air mata Teungku Agam mengalir, ia yang dikenal keras, ternyata melankolis kala itu.

Steffy terkejut melihat apa yang sedang terjadi di hadapannya. Ia berpikir betapa Irwandi sangat mencintai Aceh, melebihi yang selama ini diketahui oleh orang lain.

Ibarat pintu masuk, Irwandi menjadi pembuka pintu bagi Steffy untuk masuk lebih dalam ke "Aceh". Steffy pun kian tertantang menggali lebih dalam tentang Aceh kala berbincang dengan Teungku Nasruddin bin Ahmad. "Dari Babe Teungku saya mendapat sebuah catatan, bahwa pengalaman masa lalu Aceh sangat buruk. Babe selalu berkata kala itu saya bertanya: Sudahlah, saya tidak mau mengingat itu lagi."

***
Kedatangan kali ini ke Aceh, Steffy hendak melakukan ziarah ke makam ulama. Kepada saya dia berkata bahwa akan ke makam Teungku Chiek di Tiro di Meureu, Aceh Besar. Ia terkesan dengan perjuangan indatunya Hasan Tiro. Dirinya juga memazukkan ziarah ke makam Syiah Kuala ke dalam daftar kunjungan.

"Aceh sangat istimewa, sejarahnya sangat besar. Saya sangat menyukai Aceh," ujarnya.

Saya pun bertanya, mengapa tadi dia sempat meminta agar dipotretkan bulan untuk dirinya? Dengan senyum yang mengembang, mantan atlet marathon bertubuh semampai nan aduhai itu, mengaku sangat menyukai alam. Dia terkagum-kagum dengan segenap mahakarya Tuhan yang telah membentangkan dunia dan semesta dalam ujud yang tiada bandingan. []



Note: Foto Fenny Steffy Burase dipotret oleh Taufik Ar-Rifai, wartawan aceHTrend. 










No comments for "Steffy Burase: Tolong Potret Bulan itu untuk Saya"